Ketika tahu secara pasti bahwa saya akan berangkat ke luar negeri untuk
pertama kali, apalagi ke negara yang selalu saya impikan tanpa mengeluarkan
biaya dari kocek sendiri, rasanya itu seperti ingin melompat dari atas menara
tertinggi dan memantul-mantul di atas gundukan awan-awan putih! Kemudian
meluncur dengan perosotan pelangi, menyebrangi lautan warna-warni, menari-nari
di tengah padang mawar tanpa duri, dan segera berlari meminjam toa masjid untuk
memberikan pengumuman ke seluruh penghuni bumi bahwa pada akhirnya saya bisa
pergi ke negeri Kimchi!!!
Andai saya bisa melakukan hal gila itu demi menggambarkan rasa bahagia dan
terharu saya ketika terpilih menjadi delegasi Universitas Diponegoro untuk
mengikuti program pertukaran pelajar di Kangwon National University selama satu
semester, yang bahkan dibiayai penuh dari urusan tiket pulang-pergi, biaya
hidup, hingga asuransi. Namun, realitanya saya hanya bisa mengembangkan
senyum dua jari dan bersyukur tanpa henti ketika tahu bahwa mimpi saya sejak
sepuluh tahun yang lalu untuk terbang ke Korea pada akhirnya bisa saya raih.
Bermula dari rasa jatuh cinta saya pada Korea yang pada akhirnya membawa
saya melangkahkan kaki ke negeri Ginseng ini pada akhir Februari lalu. Masih
tergambar jelas di memori otak ini, sepuluh tahun yang lalu, ketika saya harus
mati-matian menyelesaikan tugas matematika dua kali lipat dari teman-teman saya
agar bisa pulang les lebih cepat hanya demi tak ingin ketinggalan menyaksikan
serial drama Full House di TV. Masih terekam juga dengan baik ketika saya dan
adik saya harus perang mulut demi mendapatkan remote TV agar bisa
menonton drama kolosal Hwang Ji Ni, rebutan CD player dengan ayah saya yang
lebih suka mendengarkan campur sari daripada lagu-lagu Korea yang katanya tak
bisa dinikmati, atau melihat ekspresi ibu saya yang selalu mengernyitkan dahi ketika
mendapati saya sedang jingkrak-jingkrak
menirukan dance ala girlband Korea saat disuruh
membersihkan kamar mandi.
Namun, tak hanya sebatas menggilai segala sesuatu yang berbau Korea saja,
saya pun berusaha untuk bisa mewujudkan impian itu. Dimulai dengan mengumpulkan
dana untuk backpack trip dengan kerja part-time sebagai
guru les hingga jualan online, tapi sedihnya dana yang terkumpul masih belum
mencukupi. Ikut berbagai macam undian berhadian trip ke Korea, sayangnya tak
pernah hoki. Ikut lomba menulis cerita di blog, tak pernah lolos seleksi.
Mencoba mendaftarkan diri untuk mengikuti konferensi, tapi kriteria belum
memenuhi. Hingga akhirnya kegagalan mungkin sudah lelah menghampiri, dan saya
pun bisa pergi ke Korea melalui jalur prestasi. Terima kasih Tuhan atas
kesempatan ini.
27 Februari 2014 – 18 Juni 2014
Chuncheon, merupakan ibukota provinsi Gangwon-do yang terletak di bagian
utara Korea Selatan. Sebuah kota yang sangat tenang yang dikelilingi oleh
pegunungan dan pemandangan-pemandangan indah yang selalu memanjakan mata. Di
sinilah saya menghabiskan waktu empat bulan yang luar biasa
sebagai exchange student di Kangwon National University. Selama itu
pula saya merasa tinggal di sini layaknya sedang hidup di negeri mimpi. Setiap
hari yang saya jalani semuanya sangat berarti. Bahkan ketika hendak menuliskan
cerita tentang unforgettable memories ini pun saya sempat bingung
karena banyak sekali hal tak terlupakan yang saya alami. Mulai dari dunia
kampus, asrama, tempat wisata, sosial budaya, kuliner, hiburan, hingga
pengalaman kerja, semuanya membuat kehidupan saya terasa sempurna di sini. Oleh
karena itu, saya akan menceritakan satu-persatu kisah hidup saya selama menjadi
warga negara asing di negeri para boyband dan girlband ini.
KANGWON NATIONAL UNIVERSITY (KNU)
Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya karena pernah mengecap
pendidikan di Kangwon National University, salah satu universitas negeri
terbaik yang ada di Korea Selatan. Tak pernah terbayangkan oleh saya ketika bertemu
para pengajar yang sangat berdedikasi tinggi dan selalu memberikan saya
motivasi. Kegiatan perkuliahan terasa lebih menyenangkan karena para profesor
tak hanya mengajar tapi juga mendidik dengan sepenuh hati. Kebiasaan yang saya
temui di sini bahwa seringkali para dosen mengajak mahasiswa-mahasiswanya untuk
sekedar tea time, makan siang, atau bahkan makan malam bersama.
Beberapa kali pula saya menerima jamuan makan siang dan makan malam dari
profesor saya. Tujuannya adalah untuk menjalin hubungan yang baik dan saling
mendekatkan diri untuk memberikan motivasi. Sungguh, saya merasa sangat terharu
dan sangat termotivasi ketika diperlakukan sedemikian rupa sebagai seorang
mahasiswi. Selama ini, yang saya alami adalah hubungan antara dosen dan
mahasiswa-mahasiswanya hanya terjalin selama kegiatan belajar-mengajar saja.
Bagi saya, ini adalah salah satu budaya yang mungkin bisa dicontoh untuk
melakukan pendekatan bagi para peserta didik untuk menumbuhkan motivasi yang
tinggi untuk pencapaian karir di masa yang akan datang. Tak heran jika para
mahasiswa di Korea Selatan memiliki minat belajar yang sangat tinggi, bahkan
semangat mereka untuk menjadi sukses patut diacungi dua jempol. Terkadang saya
sempat minder ketika melihat para mahasiswa di kelas saya benar-benar belajar
dengan sepenuh hati yang jika dibandingkan dengan kemauan belajar saya mungkin
hanya setengahnya saja. Namun, di sini saya belajar banyak dan merasa
termotivasi. Dan dari sini saya menyimpulkan bahwa besar pengaruh dari
pendekatan para dosen terhadap mahasiswanya untuk maju dan memiliki daya saing
yang tinggi.
NANJIWON
DORMITORY
Sebagai seorang exchange student saya ditempatkan di salah
satu asrama yang ada di KNU, yaitu asrama putri Nanjiwon. Di sini saya
ditempatkan satu kamar dengan tiga mahasiswi Korea lainnya dengan tujuan
agar kami saling berinteraksi dan meningkatkan kemampuan berbahasa asing.
Banyak kisah yang saya alami selama menjadi penghuni kamar 107 di asrama
Nanjiwon. Bermula di hari pertama ketika tiba di Chuncheon pada pukul 3 dini
hari dan saya menggigil hebat karena waktu itu masih musim dingin dan suhu di
sana mencapai minus 4 derajat celcius. Tergopoh-gopoh saya menarik koper
dan segera masuk ke kamar 107 dan merebahkan diri di lantai karena kehangatan
dari heater segera menjalar ke tubuh saya. Saya terkesiap
ketika sadar bahwa sudah ada salah satu mahasiswi yang menempati kamar itu dan
terjaga karena suara berisik yang saya buat. Dia tercengang dan begitu pula
saya. Mungkin dia heran karena melihat saya mengenakan jilbab. Hampir saja dia
berteriak tapi saya berusaha tersenyum dan menjelaskan kalau saya adalah
penghuni baru yang berasal dari Indonesia, bukan berasal dari luar angkasa.
Gadis yang bernama Cho Hyong Young itu kemudian tersenyum, yang sebenarnya
lebih terlihat seperti meringis, dan kembali melanjutkan tidurnya.
Dari kejadian itu saya sempat berpikir bahwa mungkin kehadiran saya di sini
akan mengundang banyak tanya karena penampilan saya yang sudah pasti tampak
mencolok dengan balutan jilbab di kepala. Saya sempat berpikir teman-teman
sekamar saya tidak akan menerima saya karena perbedaan ini, atau bahkan mungkin
mereka akan menjauhi saya. Perasaan takut sempat menyergap diri saya dan mulai
muncul perasaan ingin segera pulang ke Indonesia. Tapi semua itu hanya praduga
saja. Kenyataannya justru saya merasa menjadi orang yang paling beruntung
memiliki Cho Hyong Young, Choi Hye Yeon, dan U Su Bin sebagai teman sekamar
saya. Meskipun terkadang komunikasi menjadi kendala karena mereka bertiga sulit
berbicara dalam bahasa Inggris, dan bahasa Korea saya pun masih acak-acakan,
tapi kami selalu berusaha berkomunikasi satu sama lain bahkan dengan
menggunakan bahasa tubuh sekalipun. Herannya lagi, di tengah-tengah
keterbatasan berbahasa, kami masih bisa bercanda, tertawa, bahkan bergosip ria
hingga pagi buta.
Pada awalnya, saya memang memperoleh pertanyaan bertubi-tubi tak hanya dari
teman sekamar saya tentang jilbab yang saya kenakan. Dari teman-teman kampus,
para profesor, petugas asrama, hingga ibu-ibu yang bertugas membersihkan asrama
pun selalu bertanya tentang jilbab yang saya kenakan. Apalagi ketika musim
panas tiba dan mereka terkadang melihat saya dengan tatapan miris karena
mengenakan pakaian yang serba panjang dan tertutup. Sementara mereka sebisa
mungkin mengenakan pakaian yang minim karena musim panas di Korea memang
benar-benar membuat gerah. Tapi saya hanya tersenyum dan menjawab seadanya
setiap mereka melontarkan berbagai pertanyaan yang terkadang membuat saya harus
memutar otak untuk menjawabnya seperti,
“Kenapa kamu
pake jilbab? Itu fashion ala Indonesia?”
“Kamu nggak
panas pake begituan?”
“Berapa
banyak jilbab yang kamu punya? Warna apa aja?”
“Kenapa kamu
sholat?”
“Kenapa
harus sholat lima kali dalam sehari?”
atau beberapa pertanyaan yang membuat saya tertawa seperti
“Kamu boleh
disentuh laki-laki nggak?”
“Kalau ada
pria yang melihat rambut kamu apa dia wajib menikahimu?”
dan bahkan pertanyaan yang lebih ekstrim seperti
“Kamu botak
ya, makanya pake jilbab?”
Bagi saya ini adalah tantangan sendiri hidup di negara minoritas muslim seperti di Korea Selatan dan ini adalah pengalaman yang luar biasa karena saya harus menyiapkan berbagai macam kemungkinan jawaban yang harus saya berikan karena setiap orang yang menjumpai saya pasti akan melontarkan berbagai pertanyaan tentang jilbab yang saya kenakan.
Selain dikenal karena mengenakan jilbab, di lingkungan asrama pun saya mendapat gelar Master Bug dari teman-teman sekamar saya. Ketika pertengahan musim semi, para serangga mulai bermunculan ke permukaan. Entahlah, saya juga heran kenapa para perempuan Korea sangat membenci serangga. Dan di sinilah saya memainkan peran penting sebagai pembasmi serangga karena tak ada yang mau berurusan dengan serangga kecuali saya. Bahkan ketenaran saya sebagai pembasmi serangga sudah menyebar hingga ke asrama lainnya. Sungguh tak pernah terduga oleh saya, jauh-jauh terbang ke Korea Selatan pada akhirnya bernasib sebagai pembasmi serangga di asrama. (T_T)
WIFI DAN TRANSPORTASI
Bagi yang senang berkecimpung dengan dunia maya, Korea Selatan adalah
surganya wifi. Bahkan dengan kecepatan yang dahsyat maka tak heran jika Korea
Selatan dinobatkan sebagai negara dengan kecepatan internet tercepat di dunia.
Oleh karena itu semenjak di sini saya mulai punya kebiasaan baru yaitu main
game online, nonton film langsung di youtube tanpa buffer, dan tak pernah absen
untuk eksis di berbagai akun jejaring sosial. Ketika hidup di sini saya pun
mengandalkan wifi untuk berkomunikasi. Dengan alasan irit, saya memutuskan
untuk tidak membeli sim card Korea dan memanfaatkan wifi untuk berkomunikasi
dengan teman-teman saya. Jelas saja, wifi ada di mana-mana. Jadi bagi kalian
yang memang ingin merasakan dahsyatnya kekuatan wifi yang ada di sini, wajib
mengunjungi Korea Selatan.
Selain memperoleh kenyamanan karena memperoleh sinyal wifi yang selalu
menyenangkan hati, hal lain yang saya senangi dari Korea Selatan adalah
transportasinya. Jauh berbeda dengan Indonesia, di Korea Selatan kalian akan
jarang sekali menemukan para pengemudi motor di jalanan. Yang mengendarai motor
paling hanyalah para petugas delivery yang sering mengendarai motor dengan gaya
Valentino Rossi lagi balapan motor di sirkuit. Selebihnya yang akan kalian
jumpai adalah kendaraan-kendaraan umum seperti taxi, bus, dan subway. Subway
adalah transportasi favorit saya selama tinggal di Korea Selatan. Hanya dengan
membeli kartu T-Money di mini market dan mendownload aplikasi “Subway” di play
store, saya sudah bisa berlanglang buana mengelilingi berbagai tempat seputaran
Seoul tanpa takut tersesat. T-Money adalah kartu yang digunakan untuk melakukan
pembayaran ketika berkendara menggunakan subway, bus, dan beberapa taxi yang
menyediakan layanan pembayaran dengan T-Money. Ketika deposit di dalam T-Money
ini sudah habis, kita bisa melakukan refill di Vending Machine yang disediakan
di setiap stasiun-stasiun atau bisa juga melakukan refill di mini market
seperti 711. Sementara aplikasi Subway ini adalah aplikasi khusus yang
memudahkan kita untuk melihat jadwal keberangkatan subway dan perkiraan biaya
serta lamanya perjalanan.
Selain subway, ada juga KTX dan ITX. Kedua jenis kereta ini tidak bisa
menggunakan T-Money untuk pembayaran. KTX ini transportasi yang bisa digunakan
jika kita ingin ke kota-kota yang jauh. Sementara ITX hanya beroperasi untuk
jurusan Chuncheon – Seoul dan sebaliknya.
TEMPAT WISATA
Korea Selatan memiliki banyak sekali spot-spot menarik yang wajib
dukunjungi. Bahkan, dalam waktu empat bulan sekalipun tidaklah cukup bagi saya
untuk menjelajahi semua tempat-tempat itu karena keterbatasan waktu, biaya, dan
juga kegiatan akademis lainnya. Oleh karena itu, saya menyusun list
tempat-tempat yang harus saya kunjungi setiap akhir pekan. Dan setiap minggunya
saya selalu bereksplorasi ke berbagai tempat untuk mengunjungi berbagai tempat
menarik, dan tentunya dengan bermodalkan T-Money dan aplikasi Subway di HP.
Cheonggyecheon Stream, Great Se Jong, Gyeongbokgung Palace
Untuk menuju lokasi ini kita bisa memilih beberapa stasiun untuk
berhenti. Ini adalah pusatnya kota Seoul. Saya memilih untuk turun di
stasiun Jonggak exit dan berjalan sekitar meter menuju Cheonggechon
stream. Menurut saya tempat ini akan tampak lebih bagus di malam hari, karena
dihiasi dengan lampu-lampu serta art light grafity. Tak hanya itu, kadangkala
pemusik jalanan pun sering menampilkan performance di sini yang semakin
melengkapi nuansa romantis di Cheonggyecheon stream.
Tak berapa lama berjalan kita akan menemukan patung Great Se Jong di
tengah-tengah kota yang mewah. Dan tak jauh dari itu kita bisa terus
melanjutkan perjalanan menuju Gyeongbokgung Palace. Di depan istana ini selalu
ada atraksi para pengawal istana layaknya seperti dalam serial drama kerajaan
di TV. Menurut saya Gyeongbokgung Palace ini adalah istana yang paling bagus di
antara istana-istana lainnya yang ada di Korea, karena selain dari arsitektur
bangungan yang lebih luas, istana ini juga tampak sangat istimewa karena
berdiri di tengah-tengah pusat kota di mana akan tampak kontras sekali dengan
bangungan-bangunan tinggi yang mengelilinginya. Selain itu di sini juga kita
bisa mengenakan pakaian istana loh.
Bukcheon Hanok Village dan Namsan Tower
Bukcheon ini merupakan desa khas penduduk Korea. Tapi jangan salah,
rumah-rumah tersebut ada yang menempatinya loh, jadi jangan asal masuk. Hihi.
Selain perumahan, di sana juga kita bisa mengikuti kelas melukis, membeli
peralatan khas korea yang antik, berfoto mengenakan hanbok, dan jangan lupa
untuk tidak melewatkan membeli es krim di sana karena rasanya enak dan smooth
banget. Nah, ketika menelusuri Bukcheon ini juga saya sempat terperangah karena
menemukan salah satu bangunan bergaya Eropa di sana. Agak heran karena ada
bangunan seperti itu di tengah-tengah desa tradisional seperti ini. Dan
ternyata itu adalah Chung Ang Senior High School saudara-saudara! Agak
speechless sih…saya merasa seolah-olah sedang berada di Eropa ketika berada di
lingkungan SMA ini. Daebak!
Selesai mengunjungi Bukcheon Hanok Village, saya kembali menuju stasiun dan turun di stasiun Chungmuro yang hanya berjarak menit untuk selanjutnya menuju Namsan Tower. Keluar di exit 2 saya menunggu bus berwarna hijau yang khusus mengangkut penumpang yang ingin mengunjungi Namsan Tower. Sepanjang perjalanan yang menanjak menuju Namsan, kita akan disuguhkan pemandangan yang bagus, melihat penampakan kota Seoul dari atas seolah-olah sedang merasa. Jangan lupa pula untuk meletakkan gembok cinta kalian di sana!
Namdaemun, Myeongdong, dan Dongdaemun
Ketiga tempat ini merupakan pusatnya tempat perbelanjaan di Seoul. Bagi
para wanita, hati-hati dalam seketika dompet kalian akan menipis dengan drastis
ketika mengunjungi tempat ini karena semuanya pasti ingin dibeli. Hehe. Saya
mulai dari Namdaemun dulu, turun di Hoehyeon exit 5. Di sini
tempatnya untuk berbelanja oleh-oleh dengan harga miring. Karena saya tipikal
yang senang berhemat, hehe. Setelah survey sana-sini saya menemukan tempat yang
pas dan murah untuk berbelanja oleh-oleh. Di Namdaemun, cari saja D Building,
di lantai 2 bangunan ini banyak sekali toko-toko yang menawarkan
akssesoris-aksesoris murah. Selain itu di sini juga ada salah satu toko yang
pegawainya bisa berbahasa Indonesia dengan fasih.
Setelah puas berbelanja oleh-oleh di Namdaemun, hanya dengan berjalan kaki
beberapa menit saja kita sudah memasuki kawasan Myeongdong. Tempat ini lebih
spesifik menyuguhkan perlengkapan fashion dan kecantikan wanita. Mulai dari
tas, sepatu, pakaian, toko kosmetik, dan sebagainya tersedia di sini. Dan
tentunya… selamat berpusing ria untuk memilih mana saja yang harus dibeli.
Hehe.
Nah, untuk menuju Dongdaemun kita harus menggunakan subway dan turun di
Dongdaemun Station exit 2. Di sini ada sebuah mall yang namanya DOOTA. Kita
juga bisa berbelanja murah di sini. Biasasnya, di depan tempat ini sering
digelar ajang Dance Competition. Selain berbelanja, di Dongdaemun juga ada
sebuah bangunan dengan arsitektur unik yang dikenal dengan Dongdaemun Design
Plaza yang wajib dikunjungi.
Itaewon
Bagi saya yang muslim wajib mengunjungi tempat ini karena di sini terdapat
Central Masjid. Atau satu-satunya masjid yang ada di Korea Selatan. Turun di
Itaewon Station, exit 2. Selain ada central masjid, di Itaewon juga terkenal
dengan pusatnya para foreigners. Selain karena terdapat banyak club, di sini
kita dapat menjumpai berbagai restaurant dari berbagai negara. Restoran Italia,
Prancis, Amerika, Mesir, Indonesia, Cheko, Vietnam, China, Thailand, hingga
restoran yang menyajikan masakan Afrika pun ada di sini. Jadi bagi kalian yang
suka berwisata kuliner dan penasaran dengan masakan mancanegara, saya
rekomendasikan untuk mengunjungi Itaewon
Seoul Forest, Apgujeong Rodeo, dan Gangnam
Penasaran dengan bagaimana rupa hutan di Seoul, saya memutuskan untuk
mengunjungi Seoul Forest. Jangan khawatir, tak perlu membeli tiket untuk masuk
Seoul Forest. Ternyata hutan yang dimaksud bukan seperti apa yang saya
bayangkan seperti hutan-hutan yang ada di Indonesia. Seoul Forest lebih berupa
kebun yang dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Salah satu yang menarik adalah
Butterfly garden karena di sini saya bisa melihat berbagai jenis kupu-kupu
dengan spesies langka. Benar-benar indah sekali!
Setelah mengunjungi Seoul Forest, saya kembali ke Seoul Forest Station dan
melanjutkan perjalanan ke Apgujeong Rodeo Station dan turun keluar di exit 2 .
Tujuan saya ke sini apalagi kalau bukan ingin mengunjungi tempatnya para K-Pop
Star dilahirkan. Meskipun sempat terseok-seok berjalan di tengah teriknya
matahari, tapi tetap tidak menyurutkan keinginan saya untuk mengunjungi SM
Building dan Cube Entertainment. Selain sebagai pusatnya para KPop Star,
di wilayah Apgujeong Rodeo ini juga dipenuhi dengan plastic surgery
clinic di mana-mana. Jadi, bagi yang mungkin penasaran dengan plastic
surgery atau yang punya rencana untuk melakukan plastic
surgery, Apgujeong Rodeo adalah pusatnya.
Dari Apgujeong Rodeo kita bisa ambil Line dan turun di Gangnam Station exit
10 atau 11 untuk mengunjungi Gangnam. Sebenarnya menurut saya sama saja dengan
bangunan-bangungan yang ada di Apgujeong Rodeo. Rata-rata tempat ini
dikelilingi dengan bangungan-bangungan tinggi dan fashion masyarakat di sini
pun terlihat lebih mewah.
Yeouido Park
Berhubung saya menetap di Korea ketika musim semi, taman ini wajib untuk
dikunjungi karena menyuguhkan pemandangan cherry blossom yang sangat indah di
sini. Untuk mengunjungi taman ini kita bisa turun di Yeouido Station exit
3. Awalnya untuk menyentuh bunga sakura hanya ada dalam mimpi saya saja,
tapi ternyata ini tak hanya sekedar mimpi. Bahkan, saya merasakan sendiri
bagaimana kelopak-kelopak sakura itu berguguran dan menyentuh lembut wajah saya
ketika angin mulai berhembus pelan. Sungguh pemandangan yang luar biasa cantik
yang pernah saya temui.
Jade Garden Natural Arboretum
Tempat ini rekomen banget untuk dikunjungi apalagi di musim semi. Untuk
menuju tempat ini bisa turun di Gulbongsan Station dan di sana kita tinggal
menunggu shuttle bus berwarna hijau dan itu free. Biaya masuk Jade garden
sekitar KRW 8000 dan di sini juga merupakan lokasi syuting dramaThat Winter
The Wind Blow, We Got Married – Taemin & Naeun, dan Running
Man episode 40
Nami Island, Petite France, dan Garden of Morning Calm
Bagi para pecinta drama Winter Sonata, Nami Island pasti dijadikan tempat
wajib yang harus dikunjungi ketika berada di Korea Selatan. Untuk menuju Nami
Island, turun di Gapyeong Station. Di sini kita harus membeli tiket untuk naik
bus yang akan mengantarkan kita ke beberapa destinasi sekaligus. Harga tiketnya
KRW 5000 dan berlaku untuk sehari penuh perjalanan. Pemberhentian pertama
adalah Nami Island, dan di sini kita harus menyewa fery seharga KRW 8000 untuk
menyebrang ke Pulau Nami.
Selanjutnya, setelah selesai mengunjungi Nami Island kita tinggal duduk
manis di halte bus dan dengan menunjukkan tiket seharga KRW 5000 tadi kita bisa
melanjutkan perjalanan selanjutnya ke Petite France. Tiket masuk ke Petite
France sejumlah KRW 8000. Bagi yang sempat punya khayalan untuk bertandang ke
Prancis, sebaiknya bisa mengunjungi tempat ini dulu karena memang nuansanya
seperti Prancis. Selain itu di sini juga pernah dijadikan tempat syuting
drama terkenalYou Who Come From The Star, Beethoven Virus, dan Running
Man episode 40
Selesai dari Petite France, jika masih cukup waktu kita juga bisa
melanjutkan perjalanan ke Morning Calm dengan menggunakan bus yang sama.
Bucheon Botanical Garden
Setelah puas berkeliling-keliling di Prancis versi mini di Petite France,
kini saatnya kita terbang ke Netherland yang ada di Korea. Tinggal turun di
Kkachiul Station dan jalan sejauh 200 meter dan kita akan menemukan
Bucheon Botanical Garden di sana. Ketika musim semi, kalian bisa menyaksikan
hamparan bunga tulip di sana. Sungguh, saya benar-benar merasa sedang ada di
Belanda ketika mata saya memandang hamparan bunga tulip yang ada di sana
Daegwallyeong Sheep Farm
Selesai mengunjungi Belanda, kita pun bisa mengunjungi New Zealand yang ada
di Korea. Hebat kan? Saya bisa merasa seperti mengunjungi beberapa negara
padahal hanya berada di satu negara yang sama. Nah, ini adalah Daegwallyeong
Sheep Farm. Untuk menuju ke sini kita menggunakan bus ke Heonggye dan kemudian
naik taksi ke sheep farm. Tempat ini adalah peternakan domba dan sapi dengan
hamparan padang rumput hijau yang luas dan bertahtakan langit biru yang cerah.
Di tambah dengan kincir angin yang semakin melengkapi suasana seoalah-olah
sedang berada di New Zealand!
Gangcheon Rail Park
Bosan naik subway dan ingin mencoba naik kereta dengan cara yang berbeda?
Gangcheon Rail Park tempatnya! Di sini kita bisa mengendarai rail bike sambil
menikmati pemandangan indah yang disuguhkan kota Chuncheon. Turun di Stasiun
Gimyujong, kita bisa menyewa rail bike, bisa untuk 2 orang sampai 6 orang.
Harga sekitar KRW 10.000 untuk satu orang. Bagi penonton setia Running Man,
pasti tahu rail bike ini J
DMZ Tour dan Hwacheon
Kali ini saya melakukan perjalanan gratis dari KNU dan Hallym University ke
DMZ yang ada di Hwacheon. DMZ ini adalah Demilitarized Zone, atau daerah
perbatasan antara Korae Utara dan Korea Selatan yang tak boleh dilewati oleh
siapapun. Sungguh pengalaman yang sangat berharga ketika saya bisa melihat
dengan jelas salah seorang warga Korea Utara melalui teropong yang ada di
museum. Dia mengenakan pakaian serba putih dan sedang berlari-lari di tengah
ladang miliknya.
Setelah mengunjungi DMZ, kami bermalam di guess house yang ada di Hwacheon
sambil belajar cara membuat rice cake. Hwacheon ini adalah tempat yang sangat
tenang, sehingga cocok dijadikan tempat untuk beristirahat di sela-sela
penatnya kesibukan sehari-hari.
KULINER
Tak perlu khawatir bagi kalian yang muslim untuk mencari makanan halal di
Korea Selatan. Terkadang banyak yang mengkhawatirkan masalah makanan karena
Korea Selatan adalah negara minoritas muslim yang varian menunya pun rata-rata
mengandung daging babi. Sebagai pecinta kuliner, saya tentunya tak ingin
melewatkan mencicipi makanan-makanan khas Korea tapi tentunya yang halal.
Karena itu jauh-jauh hari saya sudah melakukan survey makanan terlebih dahulu.
Bahkan saya menyimpan banyak menu makanan dari beberapa tempat makan yang saya
temui untuk kemudian saya telusuri satu persatu jenis dan bahan dasarnya. Dan
pada akhirnya, ini adalah beberapa list makanan yang biasa saya makan selama
tinggal di Korea Selatan
Bibimbap
Ini adalah menu sehari-hari saya ketika tinggal di Korea Selatan. Bahkan
termasuk list makanan favorit saya. Bibimbap ini berupa nasi yang dilengkapi
dengan sayur mayur, telur goreng, rumput laut, dan kemudian dilengkapi saus
bibimbap yang menggugah selera.
Bulgogi
Menu satu ini tentunya sudah sangat terkenal, bahkan di Indonesia pun kita
bisa menyantap bulgogi di restoran-restoran Korea. Tapi, tentu saja bulgogi
asli Korea memiliki cita rasa berbeda. Dengan berbahan dasar daging sapi yang
diiris tipis-tipis, dilengkapi dengan rice cake dan sayur mayur membuat menu
makanan satu ini terasa lezat dengan kuahnya yang cenderung manis.
Samgyetang
Samgyetang ini termasuk makanan mewah bagi saya karena harganya yang sering
membuat dompet saya menipis seketika yaitu sekitar KRW10000 hingga KRW13000.
Biasanya dengan budget segitu saya bahkan bisa untuk tiga kali makan dalam
sehari. Samgyetang ini adalah ayam yang di dalamnya sudah dimasukkan bubur yang
kemudian direbus dengan ginseng.
Dakgalbi
Ini merupakan makanan khas Chuncheon yang berbahan dasar ayam yang sudah
dibumbui. Ada dua jenis dakgalbi yaitu yang bakar dan menggunakan fry
pan. Tapi saya lebih merekomendasikan yang bakar karena cita rasanya
lebih enak. Saya akui dakgalbi membuat saya ketagihan. Sayangnya, kasusnya sama
seperti Samgyetang yang memiliki harga sedikit mahal, jadi saya tak bisa
menikmati dakgalbi sesering mungkin.
Jjambong
Jjambong ini adalah mie yang dilengkapi seafood dengan kuah merah yang
sangat pedas! Bagi para pecinta pedas, wajib mencoba makanan satu ini karena
dijamin akan berhuh-hah-ria. Selain pedas, porsi jjambong ini juga
ampun-ampunan. Mungkin jika dibandingkan, satu porsi jjambong di sini bisa
mencukupi untuk 2-3 porsi untuk versi Indonesia nya.
Sundubu jigae, Kimchi Jigae, Chamchi Jigae
Jigae ini merupakan sejenis sup yang memiliki cita rasa yang sedikit pedas.
Sundubu Jigae memiliki komposisi tofu jepang, serta beberapa seafood seperti
kerang dan cumi yang ikut dicampurkan. Kimchi jigae adalah sup yang memiliki
komposisi kimchi, sementara Chamchi Jigae adalah sup ikan tuna yang memiliki
perpaduan rasa menarik asam dan pedas.
Ojingeo Deopbab, Chamchi Deopbab
Ojingeo deopbab ini adalah nasi dengan tumis gurita pedas yang ditaburkan
di atasnya. Menurut saya rasanya kurang lebih sama seperti masakan gongso kalau
di Indonesia. Sementara Chamchi deopbab juga sama, perbedaannya ini berbahan
dasar ikan tuna.
Sogogi Bogembap, Seyu Bogembap
Bagi kalian para pecinta nasi goreng, di Korea Selatan pun kalian bisa menikmati
menu ini. Salah satu yang saya gemari adalah sogogi bogembap (nasi
goreng sapi) dan seyu bogembap (nasi goreng udang). Rasanya
menurut saya kurang lebih sama seperti nasi goreng Jawa.
Tteoppokki, Twikim, dan Odeng
Nah, jenis makanan ini termasuk makanan ringan yang ada di Korea atau bisa
dikategorikan sebagai makanan sampingan atau cemilan. Tteoppokki ini
merupakan rice cake dengan saos pedas,twikim merupakan gorengan ala
korea yang biasanya terdiri dari gurita, udang, sweet potato, telur,
mie, dan lain-lain, sementara odeng adalah fish cake yang
ditusuk layaknya sate disertai dengan kuah kaldu. Mudah sekali untuk menemukan
tiga jenis makanan ini karena biasanya ketika menjelang malam akan banyak para
pedagang yang menjajakkan makanan ini di pinggir jalan.
Bingsu
Bingsu ini merupakan es campur ala Korea yang merupakan menu dessert
favorit saya selama tinggal di sini. Komposisi bingsu ini adalah es serut yang
delengkapi dengan buah-buahan, wafer, atau biskuit, yang kemudian ditambahkan
topping es krim di atasnya. Benar-benar menggugah selera apalagi ketika musim
panas di Korea Selatan yang membuat gerah. Bahkan, tak hanya cocok dinikmati
saat musim panas saja, musim dingin pun saya tetap dengan senang hati menikmati
menu satu ini karena memang cita rasanya yang enak dan cocok untuk dinikmati di
semua musim.
CONCERT AND PERFORMANCES
Bukan saya namanya jika tidak mencari segala sesuatu yang berbau
“gratisan”. Dan bukan saya pula namanya jika tidak sering melakukan kegiatan
“perkepo-an”. Bermula dari hobi saya yang suka kepo sana-sini dan kecintaan
saya dengah hal-hal gratis yang dikaruniakan di muka bumi ini, jadilah pada
akhirnya saya diterima sebagai salah satu peserta K-Supporters dari Korea
Tourism Organization (KTO) hanya dengan bermodalkan hobi saya yang suka menulis
– meskipun masih asal-asalan, dan tingkat kenarsisan saya yang sedikit melebihi
ambang normal di beberapa akun jejaring sosial. Tugas saya di sini adalah
menghadiri beberapa performances, melakukan survey, dan
menuliskan review di blog untuk dibagikan kepada para pembaca dengan
menggunakan bahasa Indonesia tentunya.
Betapa beruntungnya saya karena bisa memperoleh kesempatan untuk menikmati
berbagaiperformances gratis di Korea yang jika dikalkulasikan dalam
bentuk uang mungkin mencapai KRW 300.000 atau sekitar Rp 3.000.000,00. Tak
hanya menyaksikan performances gratis, saya pun bisa makan
gratis di tempat mewah karena dibiayai oleh KTO. Berikut beberapa
performances yang saya saksikan selama di Korea.
KABOOM Show!
KABOOM Show ini adalah gabungan dari beberapa show seperti pertunjukkan
musik tradisional, break dance, magic show, dan light-art dance. Tak hanya KPOP
ternyata, ada aliran baru yang bernama K-Performances yang menampilkan
show-show seperti ini di Korea. Ini pertama kalinya saya menyaksikan show
seperti ini live! Bahkan hanya berjarak beberapa meter dari mata saya. Rasanya
saya benar-benar ingin menangis terharu saat itu. Bagaimana tidak, setiap
penampilan yang disuguhkan kepada penonton membuat saya tak mau mengedipkan
mata karena nyaris sempurna. Saya benar-benar kagum dengan cara Korea Selatan
mengemas dunia hiburan yang ada sehingga benar-benar berkesan.
NANTA Cooking Show
NANTA ini adalah salah satu show bergenre humor di Korea Selatan yang sudah
terkenal hingga ke mancanegara. NANTA ini bercerita tentang kisah para koki
yang harus memasak sejumlah makanan dalam waktu yang sudah ditentukan. Yang
membuat saya takjub adalah para pemain yang multitalenta. Tak hanya bisa
membuat kita tertawa terbahak-bahak karena tingkah mereka yang kocak, tapi kita
juga bisa dibuat menahan nafas ketika menyaksikan mereka beratraksi memainkan
pisau di udara, saling melempar gunungan piring, dan bahkan melakukan martial
art.
K-Live Hologram
Tak ada rotan akar pun jadi. Tak bisa nonton konser KPOP live, jangan
khawatir, masih ada Konser KPOP Hologram dengan starring Big Bang, 2Ne1, dan
PSY. K-Live ini baru saja dibentuk pada Januari lalu dan kerennya, meskipun ini
merupakan konser hologram tetapi kita seolah-olah sedang menyaksikan konser
sungguhan!! Sungguh, dahsyatnya teknologi memang luar biasa. Bahkan, saya tidak
bisa membedakan mana penari hologram dan penari sungguhan ketika sedang menyaksikan
konser hologram ini.
CN BLUE CONCERT 2014
Nah, untuk yang satu ini saya harus merogoh kantong pribadi. Saya harus
mengeluarkan uang sebesar KRW 100.000 untuk membeli tiket konser CN BLUE di
Seoul yang diadakan pada 19 April lalu. Saya benar-benar tak menyangka, ini
adalah pertama kalinya saya nonton konser bahkan langsung dari Korea! Apalagi
berada pada jarak yang hanya 2 meter saja dari Yong Hwa! Waah… hampir saja saya
meleleh di antara para kerumunan penonton kalau saja mereka tidak saling
berdesak-desakkan mendorong saya ke sana ke mari agar menyingkir dari Yong Hwa.
Sedang semangat-semangatnya saya berdesak-desakkan dengan para fans dari
Jepang, tiba-tiba teman saya menarik lengan saya dan bilang bahwa kita harus
keluar dari stage karena ternyata teman saya tertangkap security sedang
mengambil foto ketika konser berlangsung. Rasanya seperti baru saja melihat
dementor, kebahagiaan saya langsung lenyap seketika ketika dibawa oleh petugassecurity keluar
stadion. Untungnya, kita masih diberikan kesempatan lagi dan kali ini saya
lebih memilih menikmati konser dengan berdiri tenang di dekat para ahjumma dari
Jepang. (T_T)
Konser CN Blue ><
SOSIAL BUDAYA
Dari beberapa hal yang saya amati selama tinggal di Korea Selatan, saya
menyimpulkan bahwa seperti inilah tipikal orang-orang Korea Selatan itu
Pejalan kaki
Ya! Tentu saja mereka gemar berjalan kaki. Karena di sini hanya sedikit
saja yang punya kendaraan pribadi. Tak heran jika suasana di Korea sangat
bersih karena minim polusi. Awal saya tinggal di sini, saya sempat malu pada
diri sendiri. Selama di Indonesia, kemana-kemana saya pergi dengan mengendarai
kendaraan pribadi. Sementara di sini, jauh-dekat semuanya jalan kaki. Bahkan,
ketika saya sedang berjalan kaki tenaga saya bahkan tak cukup kuat dibandingkan
dengan nenek-nenek Korea yang sudah jauh mendahului saya berjalan kaki.
Sungguh, saya malu sekali. -_-
Makan dengan porsi double
Selama hidup di sini saya sudah terbiasa dengan porsi makan yang jika di
rumah mungkin porsi seperti itu untuk satu keluarga, tapi jika di sini hanya
untuk satu orang saja! Di Korea memang porsi makan dua kali lipat dari
biasanya, tak heran karena memang orang-orang Korea memang lebih banyak
menghabiskan energi karena sering berjalan kaki. Alhasil, dengan gaya makan
yang selalu double seperti ini, setelah pulang ke Indonesia berat saya
meningkat secara drastis hingga 5 kg!
Minum-minum
Minum-minum memang merupakan kebudayaan di Korea. Soju, Maekju, merupakan
minuman berakohol yang terkenal di Korea Selatan. Biasanya untuk melakukan
perayaan apapun orang Korea akan lebih suka minum. Bahkan minuman seperti soju
layaknya seperti minuman bersoda jika di Indonesia. Jadi, jangan heran jika di
jalanan kita akan sering melihat beberapa orang yang dibopong, berjalang
tertatih-tatih, atau berceracau tanpa jelas, karena sudah pasti mereka sedang
dalam kondisi drunk. Ketika sedang makan malam bersama
teman-teman saya, saya seringkali dijadikan tempat untuk menyumbangkan
bergelas-gelas air putih mereka, karena tentunya mereka lebih memilih minum
soju daripada air putih.
Suka menggosok gigi
Nah, ini juga yang sangat menarik dari orang-orang Korea. Awalnya, saya
kira hal ini bukan kebiasaan yang istimewa karena siapapun pasti akan menyikat
gigi setiap harinya. Tapi setelah saya perhatikan lebih seksama, frekuensi
menggosok gigi orang Korea ini lebih sering dari biasanya. Bahkan tak kenal
tempat, di mana pun sepertinya mereka selalu siap sedia dengan sikat gigi
mereka. Bahkan waktu itu saya sempat terheran-heran ketika sedang melewati
koridor kampus dan menjumpai teman saya sedang asyik menggosok gigi sambil
membaca buku untuk persiapan ujian.
Make up, mirror everywhere
Bukan orang Korea namanya kalau tidak identik dengan kesempurnaan.
Orang-orang Korea selalu membawa lip balm, BB cream, sisir, atau sekedar
pelembap di tasnya. Di mana pun mereka berada. Bahkan, di subway sekalipun
masih sempat-sempatnya mereka melakukan tutorial make up demi tampil sempurna.
Sejak hidup di sini pun, saya mulai ikut-ikutan membeli beberapa kosmetik
seperlunya dan selalu membawa pelembap bibir ke mana pun saya pergi. Tak hanya
itu, orang-orang Korea sangat berteman dekat dengan cermin karena seperti yang
sudah saya jelaskan, mereka selalu ingin tampil sempurna.
Noraebang (karaoke)
Orang-orang korea senang sekali karaoke. Bahkan di sepanjang jalan kita
bisa menemukan banyak tempat-tempat karaoke dengan variasi harga dan kualitas
yang berbeda-beda. Tempat-tempat karaoke ini biasanya buka dari pukul 6 sore
hingga pukul 6 pagi. Uniknya, cukup dengan memesan satu jam saja, kadang
diberikan bonus hingga dua jam untuk karaoke. Saya dan teman-teman saya sering
kali menyerah dan pulang duluan sebelum waktu service habis karena sudah tak
sanggup lagi menyanyi.
Hormat, ramah, dan empati
Orang Korea memang terkenal ramah-ramah, di mana pun berjumpa selalu
terdengar sapaan“Annyeong Haseyo” sambil mereka membungkukkan
badan. Saya senang sekali dengan kebudayaan korea yang menjunjung tinggi rasa
hormat. Selain itu, orang-orang Korea juga terkenal sangat empati dan halus
perasaannya. Terlihat ketika beberapa bulan lalu saat terjadi tragedy Kapal
Fery Sewol yang menewaskan beberapa pelajar di Korea Selatan, seluruh
masyarakat ikut berduka. Bahkan, para artis pun membatalkan semua show demi
berduka cita, terlebih lagi Perdana Menteri Korea Selatan pun sampai
mengundurkan diri karena merasa sangat bersalah. Di mana-mana saya jumpai pita
kuning yang bertuliskan kata-kata maaf atas tragedy itu. Bahkan, yang membuat
saya benar-benar terenyuh adalah ketika profesor sejarah saya yang sampai
meminta maaf berkali-kali kepada kami, para mahasiswa asing, atas kejadi
tenggelamnya Fery Sewol itu.
WORK EXPERIENCE
Sebenarnya tak pernah terpikirkan oleh saya untuk kerja part-time di Korea.
Karena selain saya juga sudah memperoleh beasiswa, kemampuan bahasa korea saya
masih sangat minim sehingga akan sulit untuk bekerja di sini. Tapi ternyata,
takdir saya berkata lain.
Pagi-pagi sekali tanpa sempat mandi, saya berangkat dari stasiun
Namchuncheon menuju stasiun Ansan bersama teman saya. Hari itu niatnya saya
hanya ingin menemani teman saya berangkat ke Ansan untuk bekerja sebagai
penjual kartu handphone di rumah makan Indonesia. Selama teman saya bekerja,
rencananya saya akan berkeliling seputar Ansan yang terkenal dengan restoran
Indonesia nya. Sekalian berwisata kuliner menuntaskan hasrta saya yang sudah
rindu akan nasi Padang dan ayam bakar.
Perjalanan dari Chuncheon ke Ansan memakan waktu kurang lebih 3 jam dengan
menggunakan subway. Dan alangkah terkejutnya saya ketika tiba di kota
yang bernama Ansan ini. Sungguh, ini tak seperti kebanyakan kota di Korea,
bahkan Ansan lebih mirip dengan Indonesia menurut saya. Orang-orang yang
berlalu lalang di sana pun kebanyakan orang Indonesia yang didominasi orang
Jawa. Bahkan, beberapa meter ketika saya turun dari stasiun dan menuju jalan
raya, terdengar di telinga saya dentuman melodi yang tak sewajarnya saya
dengarkan di Korea. Lagu yang tak asing lagi kalau di Indonesia. Yang diputar
di pinggir jalan adalah lagu Kangen Band – Yolanda. Saya sempat tertawa dan
bertanya-tanya apakah ini benar-benar di Korea? Masih belum sepenuhnya hilang
rasa heran saya dengan tempat bernama Ansan ini, tak berapa lama kemudian saya
ditawari bekerja di salah satu counter HP yang ada di bawah stasiun Ansan.
Ternyata tak harus bisa berbahasa Korea, karena rata-rata pembeli di sana
adalah orang Indonesia. Banyak sekali TKI yang saya temui di sana, bahkan banci
sekalipun ternyata ada. Jadi, saya hanya melayani pembeli dengan bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris saja atau sesekali berbahasa Jawa.
Lelah memang, tapi di sini saya belajar bahwa mencari uang memang bukan
perkara mudah. Dan pada akhirnya, justru malah saya yang memperoleh pekerjaan
tetap karena boss yang mempekerjakan saya meminta saya untuk datang kembali
minggu depannya.
Awalnya orang tua saya marah-marah dan melarang saya bekerja lagi ketika
saya ceritakan pengalaman saya bekerja di Ansan. Namun, setelah saya paparkan
bahwa gaji yang saya terima dalam sehari adalah KRW 60.000 atau sekitar Rp
600.000, di detik berikutnya orang tua saya malah langsung menyetujui saya
untuk bekerja dengan syarat tidak terlalu memaksakan fisik saya. Bahkan, adik
saya pun ingin berencana sekolah di Korea karena tergiur dengan gaji yang saya
terima setelah bekerja di Ansan - -
Untuk info yang lebih lengkap seputar pengalaman travelling ke Korea bisa
mengunjungi website http://traveloguekorea.blog.iyaa.com. Nah,
tulisan ini sebenarnya tulisan yang saya buat untuk mengikuti event yang
diadakan Korea Tourism Organization Indonesia yang dimuat di website tersebut.
Untuk gambar yang lebih lengkap bisa lihat disini :)
0 comments:
Post a Comment