Hi fellas, do you love Google?
If you ask me, I'll certainly answer you with a BIG YES.
If you ask me why? Hmm... let me tell you my journey. Then you'll understand why I love everything's about Google that much.
(But, it's important to be noted that I ain't kinda a geek. hehe)
My journey to find you
Pertama kali dikenalin sama komputer itu waktu saya lagi duduk di kelas 4 SD. Eh belum dikenalin juga ding, ceritanya dikenalin dulu sama mesin tik. Nah, waktu itu saya suka banget sama benda-benda yang punya tuts-tuts, kayak piano sama mesin tik.
Khusus mesin tik, entah kenapa saya suka sekali melihat orang-orang mengetuk-ngetukkan jari mereka ke tuts-tuts warna hitam dengan rentetan bunyi khasnya yang kemudian diakhiri dengan bunyi "ting" itu. Saya sendiri tidak punya mesin tik, makanya tiap pulang sekolah (waktu SD) saya selalu menghampiri ayah saya yang bekerja sebagai guru SMP. Bukan untuk menemui ayah saya, yang saya tuju justru kantor TU nya. Di sana setiap jam istirahat saya selalu mencoba menggunakan mesin tik sesuka hati saya, ya.. meskipun cuma mesin tik rusak sih sebenarnya.
Entah apa yang ada di pikiran saya saat itu, saya minta pada orang tua saya untuk didaftarkan ke kursus mengetik, di mana saat itu teman-teman saya kebanyakan justru tidak peduli dengan les semacam ini. Mereka lebih memilih les bahasa Inggris, les MTK, karate, drumband, dan sebagainya. Setidaknya mereka mengikuti les dengan orang-orang seumuran mereka. Sedangkan saya? Baru berusia 9 tahun di kursus mengetik ini membuat saya otomatis menjadi manusia termuda jika dibandingkan dengan peserta les lainnya yang berusia 17 tahun ke atas.
Hampir setiap sore saya selalu pulang sendiri dengan berjalan kaki sejauh 2 km sehabis kursus mengetik. Kadang-kadang diantar dan dijemput kalau orang tua saya sedang tidak sibuk. Biasanya Ibu saya selalu sibuk mengurusi adik laki-laki saya yang masih kecil, dan ayah saya setiap sore harus bekerja sebagai nelayan. Saya, yang punya keinginan segudang ini tidak bisa dengan egoisnya minta ini itu pada orang tua saya. Jadi, saya selalu berusaha sendiri dan mandiri. Ikut lomba sana-sini, dan melenyapkan rasa takut saya untuk pergi sendiri ke sana kemari.
Mungkin orang tua saya bisa melihat kegigihan di mata saya. Atau, mungkin juga sebenarnya orang tua saya kasihan melihat saya yang kurus, kecil, dan dekil ini harus pulang pergi sejauh 4 km demi kursus mengetik. Takut-takut saya diculik (padahal sepertinya memang tak ada yang berminat menculik saya), jadinya orang tua saya membelikan saya komputer di rumah. Hmm...