Apr 12, 2015 | By: Unknown

Google, I'm Into You!

Hi fellas, do you love Google? 
If you ask me, I'll certainly answer you with a BIG YES. 
If you ask me why? Hmm... let me tell you my journey. Then you'll understand why I love everything's about Google that much.
(But, it's important to be noted that I ain't kinda a geek. hehe)



My journey to find you


Pertama kali dikenalin sama komputer itu waktu saya lagi duduk di kelas 4 SD. Eh belum dikenalin juga ding, ceritanya dikenalin dulu sama mesin tik. Nah, waktu itu saya suka banget sama benda-benda yang punya tuts-tuts, kayak piano sama mesin tik. 

Khusus mesin tik, entah kenapa saya suka sekali melihat orang-orang mengetuk-ngetukkan jari mereka ke tuts-tuts warna hitam dengan rentetan bunyi khasnya yang kemudian diakhiri dengan bunyi "ting" itu. Saya sendiri tidak punya mesin tik, makanya tiap pulang sekolah (waktu SD) saya selalu menghampiri ayah saya yang bekerja sebagai guru SMP. Bukan untuk menemui ayah saya, yang saya tuju justru kantor TU nya. Di sana setiap jam istirahat saya selalu mencoba menggunakan mesin tik sesuka hati saya, ya.. meskipun cuma mesin tik rusak sih sebenarnya. 

Entah apa yang ada di pikiran saya saat itu, saya minta pada orang tua saya untuk didaftarkan ke kursus mengetik, di mana saat itu teman-teman saya kebanyakan justru tidak peduli dengan les semacam ini. Mereka lebih memilih les bahasa Inggris, les MTK, karate, drumband, dan sebagainya. Setidaknya mereka mengikuti les dengan orang-orang seumuran mereka. Sedangkan saya? Baru berusia 9 tahun di kursus mengetik ini membuat saya otomatis menjadi manusia termuda jika dibandingkan dengan peserta les lainnya yang berusia 17 tahun ke atas.

Hampir setiap sore saya selalu pulang sendiri dengan berjalan kaki sejauh 2 km sehabis kursus mengetik. Kadang-kadang diantar dan dijemput kalau orang tua saya sedang tidak sibuk. Biasanya Ibu saya selalu sibuk mengurusi adik laki-laki saya yang masih kecil, dan ayah saya setiap sore harus bekerja sebagai nelayan. Saya, yang punya keinginan segudang ini tidak bisa dengan egoisnya minta ini itu pada orang tua saya. Jadi, saya selalu berusaha sendiri dan mandiri. Ikut lomba sana-sini, dan melenyapkan rasa takut saya untuk pergi sendiri ke sana kemari. 

Mungkin orang tua saya bisa melihat kegigihan di mata saya. Atau, mungkin juga sebenarnya orang tua saya kasihan melihat saya yang kurus, kecil, dan dekil ini harus pulang pergi sejauh 4 km demi kursus mengetik. Takut-takut saya diculik (padahal sepertinya memang tak ada yang berminat menculik saya), jadinya orang tua saya membelikan saya komputer di rumah. Hmm...



KOMPUTER LOH, KOMPUTER!!! 


Jangankan komputer, minta dibelikan mesin tik saja tidak pernah terlintas di benak saya! Dan, rasanya dibelikan seperangkat komputer lengkap dengan PC nya ditambah kumpulan-kumpulan lagu ADA band dan Peterpan dan Melly Goeslaw dan Agnes Monica dan game kuis millioner, dan.. oh God. This is too much for me

SEEEENEEEEENG banget!!

Tiap hari saya gak pernah absen duduk di kursi panas depan komputer untuk main game kuis millioner, eh, maksudnya saya gak pernah absen latihan mengetik di komputer. Jari-jari saya juga tak lagi lebam karena tak perlu menekan tuts dengan keras. Hidup saya dipenuhi kebahagiaan sejak dibelikan komputer baru. 

Tapi ternyata... lambat laun... saya menyadari ada yang kurang di komputer saya. Setiap mengklik icon Internet Explorer sebanyak dua kali herannya tidak pernah berfungsi. Untuk game-game tertentu juga tidak bisa dimainkan. Ada juga aplikasi chatting MIRC tapi ternyata tak bisa digunakan. Dan benar, ternyata memang ada yang kurang! 

Dari sinilah kemudian perlahan-lahan saya mulai mengenal apa itu jaringan-jaringan komputer yang saling terhubung oleh suatu sistem yang disebut dengan... INTERNET.



My First Sight


Internet Explorer, kalau nggak ya Mozilla Firefox. Yang saya kenal cuma mereka berdua. Kadang mereka berdua ini bikin saya gemes, entah karena koneksi internetnya atau memang programnya belum maksimal, saya selalu mengelus dada tiap mencoba browsing (ceritanya uda gaol pake istilah browsing-surfing-searching) menggunakan keduanya. Biasanya saya akan menghabiskan satu episode drama Asia di Indosiar dulu baru kemudian data-data yang saya butuhkan muncul seutuhnya di layar komputer saya. Hufft..
Gemes, tapi mau gimana lagi... 

Untungnya yang namanya teknologi selalu diupgrade ya, barulah kemudian saya mengenal browser Google Chrome. Hidup saya jadi berwarna loh setelah menggunakan browser ini. Iya, bener. Berwarna. Tiap klik Google Chrome kan selalu muncul tulisan google yang berwarna-warni? Hehe... (gagal ngiklan). Tapi yang paling penting itu piranti ini jauh lebih cepat dari dua temennya yang saya kenal sebelumnya. Selain lebih cepat, tampilannya juga menarik dengan tema-tema yang ditawarkan. Dinamis lagi. Duh, benih-benih cinta saya mulai tumbuh... 

Itu adalah kali pertama saya mengenal produk milik Google. Awalnya saya nggak tau kalau Google itu nama perusahaan dan punya produk-produk keren lainnya. Tambah jatuh cinta lagi setelah tau bahwa ada Google Translate (waktu kecil saya pernah ngebayangin bakal diciptain aplikasi yang bisa nerjemahin berbagai bahasa di dunia, dan well.. thanks banget buat Google yang udah pengertian banget, haha), ada Google Maps (yang ngebantu banget kalo kita gak tau jalan, biar gak tersesat kayak si Rumor), ada Google Drive (yang bisa jadi backup buat nyimpen memori dengan kapasitas besar, boleh banget buat yang belum ikhlas menghapus memori bersama someone, ehm), ada Google Docs (yang bikin tugas kelompok jadi lebih asik tanpa harus dibatasi oleh jarak dan waktu), ada Google Earth (yang bisa bikin kita melihat dunia dan seisinya tanpa harus menjejakkan kaki di sana), ada Blogger juga (yang bisa dipake buat wadah tulis menulis untuk orang-orang kesepian seperti saya), ada juga Gmail, G+, Google Finance, Google Calender, Google Spreadsheet, Google Analytics, daaannn... masih banyak lagi, yang-sumpah-itu-semua-pokoknya-produk-Google-pada-kece-abis. 

Apalagi nih ada yang namanya Google Glass, bentuknya kayak kacamata dan dengan alat ini kita bisa melakukan hal-hal keren semacam.... *tarik nafas* 

1. Mengambil gambar. Gilaaa ini keren banget, kayak di film-film scifi. Bisa kebayang kan dengan kacamata ini kita bisa langsung ngecapture objek di depan mata dan kemudian melakukan scanning data-data. Saya pikir alat semacam ini cuma ada di film, dan ternyata sekali lagi Google memang pengertian banget, makanya diciptakanlah alat ini untuk orang-awam-penggila-scifi-yang-bukan-artis-dan-kepengen-nyobain-alat-alat-keren-kayak-di-film-tapi-cuma-bisa-dibeli-sama-orang-yang-punya-duit-banyak-aja-yang-sayangnya-masih-belum-dijual-untuk-umum. Dan satu lagi, ternyata ini juga bisa dipake buat ngerekam video. Hufft..
2. Sebagai penunjuk arah. Demi apapun di kacamata ini ada GPS nya! 
3. Bisa nerjemahin. Boleh la ya dipinjemin Google Glass semalem atau dua malem gitu biar bisa dipake buat baca bahan bacaan wajib bahasa inggris yang terkadang gak manusiawi lagi. 
4. Voice activation/voice recognition. Udah produknya bagus, unik, canggih, eh banyak kemudahan lagi. Gak perlu ketik-ketik pake tangan, tinggal ngomong aja ni kacamata uda paham perintahnya apa. Kurang apa lagi coba?
5. Video Chat. Bisa ngobrol bareng temen-temen yang beda tempet juga! 
6. Virtual reminder. Buat yang hectic dan kadang pelupa di Google Glass ini juga punya aplikasi remindernya.
7. Should be noted, it's not for peeking. haha

Keren banget kan? Mupeng deh kalo liat produk-produk Google, tapi apa daya saya cuma bisa liat di google images aja. Syukur-syukur kalo ada pihak Google yang baca tulisan saya ini dan merasa tersentuh, kemudian mau dengan ikhlas merekrut saya untuk mengiklankan produk-produk mereka dengan iming-iming satu buah Google Glass. (aamiin). Tapi, sekali lagi, apalah daya saya ini, hanya secuil (?) kerikil di antara fans-fans Google yang lain.


The way I get closer


Kamu, iya kamu. Suka banget sama kamu, Google. Tapi saya mah masih jauh banget buat direkrut kerja di sana. Belum lagi pengetahuan saya masih cetek. Pengalaman saya juga masih 0 besar. Apalagi jurusan kuliah saya HI, bukan teknik komputer. Maka, jarak saya untuk mendekat sepertinya akan jauh sekali. Tapi, gak apa-apa. Saya akan berusaha, semampu saya.

Nah, akhir-akhir ini saya jadi suka banget sama acara-acara Google. Tahun lalu saya ikut berpartisipasi dalam kegiatan GAFE UNDIP, Google Apps For Education, yang diselenggarakan Google Student Ambassador (GSA) di UNDIP. Acaranya seru banget. Saya bisa menyelami lebih jauh fungsi-fungsi dari produk-produk Google terutama untuk pendidikan yang belum banyak saya ketahui. Selain itu, saya bisa menerapkan kemudahan-kemudahan yang disediakan Google untuk mendukung kegiatan perkuliahan saya. Dan... enaknya acara dari Google itu sudah dipastikan gratis. Disediakan snack dan makanan yang enak-enak pula. Apalagi buat anak-anak kosan di akhir bulan, rezeki semacam ini tak boleh terelakkan.

Nah, di tahun yang sama pula,  zaman ngehitsnya film Interstellar, saya mencoba peruntungan dengan ikut berkontribusi untuk EMIC yang berkolaborasi dengan Google Play. Jadi, itu merupakan bentuk apresiasi untuk orang-orang di seluruh dunia yang dibentuk dalam sebuah film berjudul The Interstellar Time Capsule. Saya mensubmit beberapa foto alay saya yang sebenarnya tidak terlalu berharap juga untuk dipilih mereka. Belakangan saya baru tau ternyata foto saya terpilih! Bener-bener nggak nyangka foto saya bisa muncul di film mereka, ya meskipun sepertinya cuma sepersekian detik saja. 

Sebagai bentuk penghargaan atas keterlibatan saya, mereka meminta saya untuk mempublikasikan poster digital ini. Sungguh terharu nama saya muncul disitu sebagai orang yang memberi inspirasi :")





Kemudian, kira-kira seminggu yang lalu saya juga dipilih sebagai 15 peserta dari 200 peserta yang mendafar untuk menjadi kontributor Google Maps dalam acara Google Explore Semarang Photowalk. Gak nyangka terpilih ikutan acara dari Google lagi. Seperti biasa, acaranya Google sudah dipastikan seru dan harus selalu digarisbawahi bahwa semuanya GRATIS. hehe...

Gak cuma gratis saja yang bikin saya hepi, mengikuti kegiatan ini juga menambah wawasan saya tentang Google Maps. Bisa dibilang saya juga bekerja untuk Google dengan membantu memasukkan informasi spot-spot di Semarang yang belum muncul di Google Maps. 

Di acara ini juga saya menjumpai banyak teman, yang secara tidak langsung juga memperluas jaringan saya. Pengetahuan saya mengenai referensi tempat-tempat wisata di Semarang juga bertambah, apalagi saya mengunjungi spot-spot menarik yang jika tidak melalui acara ini, saya tidak yakin bisa mengunjunginya. Dan, yang paling penting lagi adalah nama-nama kami yang mengikuti acara ini sudah tercatat di database Google Singapore. Dan kami juga memperoleh sertifikat internasional dari mereka. Lumayan lah, untuk modal ngedeketin Google siapa tau bisa diterima magang, hehe.


Kegiatan ini juga diliput oleh media cetak Suara Merdeka. Teman-teman bisa membacanya di sini, juga di sini

Google itu emang bisa banget ya bikin jatuh cinta. Ckck..

Saat ini mungkin saya baru bisa bermimpi untuk mendekati Google. Tapi saya yakin, jika kita berusaha semaksimal mungkin, tidak ada lagi istilah mustahil. Apalagi jika ditambah dengan doa-doa yang selalu tercurah kepada Yang Maha Pemberi. Ya, kalopun gak diterima kerja di Google, dapet pendamping hidup yang kerja di sana juga gak apa-apa lah, hehe (teteup)

Pokoknya Google, I'm into you deh




0 comments:

Post a Comment