Dec 24, 2014 | By: Unknown

Babbling to Myself

Malam selalu jadi waktu yang tepat untuk meluapkan pikiran-pikiran ke dalam sebuah tulisan. Sama seperti malam-malam sebelumnya, malam ini pun saya masih setia duduk di dekat jendela ditemani alunan musik Jepang dan sebungkus biskuit dengan custard cream. Terpaku di depan layar laptop sembari sesekali menatap langit malam yang tenang, tanpa awan, tanpa bintang. 

Kemarin adalah hari terakhir saya mengikuti perkuliahan untuk semester lima. Dan ini adalah hari pertama minggu tenang sebelum memasuki ujian akhir semester. Tak heran suasana di kosan terasa lengang. Beberapa mungkin sedang pulang ke rumah atau memilih untuk berlibur ke kota lain karena besok merupakan hari Natal. Biasanya akan terdengar hiruk pikuk dari koridor tengah, entah itu suara TV yang dinyalakan atau suara para penghuni kos yang sedang bergosip ria. Tapi sekarang, yang terdengar hanyalah bunyi kipas angin di kamar yang memang tak pernah saya matikan. Suasana yang menenangkan dan menyenangkan. Malam ini juga terasa sedikit lembap. Hujan yang turun sepanjang sore tadi menyisakan aroma petrichor yang selalu saya sukai. Nyaris sempurna. Sayangnya tak ada latte macchiato yang menemani saya menghabiskan malam yang tenang ini...

Oya, sebenarnya tak ada yang ingin saya ceritakan. Hanya saja, saya merasa senang jika bisa memainkan jari-jari di antara tuts keyboard laptop saya. Apalagi jika hasil ketikan-ketikan saya bisa menjadi sesuatu yang lebih berarti dari sekedar kalimat-kalimat chatting atau status-status di media sosial. Karena itu saya memilih untuk kembali menulis di blog, meskipun tak ada kejadian spesial yang saya alami hari ini. 

Anyway, tahun 2015 akan datang dalam kurun waktu satu minggu lagi. Banyak saya temui di timeline status-status yang mengaitkan masalah resolusi. Entah itu resolusi tahun 2014 yang belum terpenuhi, atau resolusi untuk tahun 2015 yang sudah disusun rapi. Yang paling marak apalagi kalau bukan resolusi bagi para jomblo yang ingin segera menemui jodoh. Dimulai dari kata-kata puitis, untaian-untaian doa untuk tahun 2015, hingga kalimat-kalimat sarkas. Terkadang membaca hal demikian sering membuat saya terbahak, tapi sebenarnya tertawaan saya lebih tepat ditujukan untuk menertawakan diri sendiri. Bukan karena saya juga belum menemui jodoh, sebenarnya... ya.. memang iya juga sih, tapi terlebih karena saya merasa lucu dengan apa yang terjadi pada diri saya dulunya. Dulu hidup saya memang penuh drama. Apalagi masalah percintaan. Saya senang membesar-besarkan masalah, mendramatisir sesuatu, seolah-olah saya adalah pemeran utama dalam sebuah drama dengan rating tinggi. Gelinya lagi, saya selalu menyisipkan hayalan-hayalan fantasi di setiap peristiwa yang saya alami. Hal sepele pun selalu dikait-kaitkan dengan kehidupan saya. Padahal itu hanyalah hal kecil yang mungkin tak sengaja mampir di salah satu bagian hidup saya. Misalnya ketika SMA dulu, saya dan orang tua saya sedang dalam perjalanan ke Jogja dan dijemput oleh teman ayah saya. Kebetulan yang menyetir adalah anaknya teman ayah saya, dan ketika di mobil tak sengaja mata saya dan mata si pemuda anaknya teman ayah saya itu berpapasan di kaca depan untuk beberapa saat! Sontak imajinasi saya mulai bekerja. Tiba-tiba saja saya berpikiran kalau kami adalah jodoh dan kedua orang tua kami sengaja menyusun pertemuan ini untuk menjodohkan satu sama lain. Kenyataannya.... orang tua saya bahkan tak pernah berpikiran untuk melakukan hal seperti itu. Atau bahkan... teman ayah saya pun tak berminat untuk menjadikan saya jodoh untuk anaknya





Di kesempatan lain, pikiran-pikiran aneh saya juga kadangkala sering tak terkontrol. Misalnya ketika hujan, dan saya sedang duduk sendiri menunggu bis di halte. Tiba-tiba saya mengharapkan ada seorang pemuda yang menawarkan jaketnya untuk saya agar tak kedinginan... atau membawakan makanan karena melihat wajah saya yang sedang kelaparan, atau sekedar memayungi saya agar tak kehujanan. Atau, ketika saya sedang berjalan sendirian di gang  ternyata ada orang yang berniat ingin menjahati saya. Tiba-tiba ada seorang pemuda tampan yang muncul dan menyelamatkan saya! Usut punya usut ternyata pemuda itu adalah detektif yang selama ini sengaja mengikuti tanpa sepengetahuan saya!! Duh, menggelikan sekali memang. (-_\) Ya.. ya.. ya.. saya akui ini memang terpengaruh efek drama Korea dan komik-komik Jepang yang sering saya baca.

Gara-gara itu juga, mungkin saya terkesan terlalu pemilih dan bertahan dengan status jomblo single dalam waktu yang lama. Karena di dalam otak saya gambaran sosok pemuda idaman itu selalu yang tinggi, rada-rada kurus, wajah lonjong, kulit sawo matang, rambut acak-acakkan, dan rada slenge'an. Cuek outside so sweet inside, bisa masak, jago bela diri, maen basket, pinter, bisa maen musik, cool, dan macem-macem yang intinya ya.. seperti gambaran tokoh-tokoh komik itu lah. Padahal... itu hanya ada di dalam komik dan drama (- -)

Terkadang tiap kali mengingat-ingat hal itu saya sering tertawa sendiri, terkadang juga miris dengan hayalan-hayalan saya dulunya. Dan sekarang, saya merasa banyak yang sudah berubah. Ya, namanya juga tahap menuju kedewasaan. Kapan tepatnya saya juga kurang tahu. Tapi saya merasa ada perubahan dari yang dulunya sering mendramatisir dan sekarang sudah bisa sedikit belajar menahan emosi.

Kalo masalah jodoh??? 
Tetep kalo itu, hehe. Saya selalu antusias untuk membahas masalah sensitif ini. Tapi tidak dengan kriteria yang sama seperti ketika saya masih dalam kondisi alay dulunya. Saya mengubah persepsi saya untuk masalah ini. Semakin dewasa justru saya semakin memahami maksud jodoh yang sebenarnya (ehm). Sama seperti prinsip saya dulunya ketika berniat untuk benar-benar pergi keluar negeri, begitu pula prinsip yang saya gunakan untuk mendapatkan jodoh idaman. Ketika kita benar-benar layak untuk mendapatkan yang terbaik, maka hal itu akan sendirinya menghampiri kita. Dulu saya mati-matian mau keluar negeri, dengan berbagai usaha yang saya tempuh akhirnya saya bisa mendapatkannya. Dan saya akan melakukan hal yang sama untuk menemui jodoh saya. Jika saya menginginkan jodoh yang baik, maka saya pun harus berbuat baik. Saya harus menjadi wanita yang cerdas jika saya ingin mendapatkan pasangan yang juga cerdas. Saya juga harus bersikap sopan jika menginginkan pasangan yang bisa bertatakrama dengan baik. Saya juga harus rajin ibadah dan memperdalam ilmu agama jika menginginkan pasangan yang bisa membimbing saya untuk bahagia dunia dan akhirat. Intinya, apa yang kita lakukan itu pula yang akan kita dapatkan. Dulu saya seringkali galau masalah ini. Kadang juga sempat tergoda ketika melihat beberapa teman saya yang sudah memiliki pasangan untuk saat ini. Rasanya sungguh bahagia jika tak sendiri lagi. Tapi cepat-cepat saya hilangkan rasa itu, karena sepertinya itu hanya kebahagiaan sesaat saja. Perjalanan saya masih sangat-sangat panjang terutama dalam hal memperbaiki diri untuk mendapatkan yang tebaik juga. Saya yakin sekali, jodoh saya sudah disiapkan di suatu tempat entah di mana, dan baru akan dipertemukan ketika kami sudah saling meningkatkan kualitas diri (eaaa...) Kesendirian untuk saat ini merupakan salah satu rintangan menuju titik di mana kebahagiaan nantinya akan terasa sangat manis... 


Nah, karena sudah seperti itu saya juga sudah menyusun rencana untuk menyambut tahun baru nanti. Jeng.. jeng..!!
Mungkin untuk orang kebanyakan, even pergantian tahun seperti ini akan dihabiskan dengan melakukan party, muncak, jalan-jalan, lempar-lemparan petasan, main kembang api, bakar-bakar, keliling-keliling kota, makan-makan, atau kegiatan lainnya. Tapi... berbeda dengan saya. Untuk tahun sebelumnya, saya menghabiskan malam pergantian tahun dengan belajar karena keesokan harinya saya harus mengumpulkan tugas bab 1 sekaligus mini sidang. -__- Nah, untuk tahun ini mungkin saya tidak serajin sebelumnya dengan belajar hingga tengah malam. Saya sudah punya rencana sendiri untuk stay di kosan. Ya, saya sengaja mengalokasikan waktu saya untuk benar-benar khusyuk di malam pergantian tahun dengan introspeksi diri. Mengevaluasi semua yang sudah saya lakukan sepanjang tahun 2014, mensyukuri apa saja yang sudah saya dapatkan, dan kemudian menyusun rencana baru untuk tahun 2015. Tak lupa berdoa semoga urusan saya selalu dimudahkan. Saya akan menuliskan rencana-rencana besar saya dan menyusun program yang harus saya jalani. Saya rasa ini akan lebih bermanfaat dibandingkan jika saya menghambur-hamburkan uang orang tua saya dengan sesuatu yang sekiranya kurang bermanfaat. Nanti, ya nanti. Mungkin saya akan menikamati malam pergantian tahun jika saya sudah punya penghasilan sendiri, saya akan merasa tak terbebani jika menggunakan uang sendiri bersama orang-orang yang saya sayangi. ;)

Untuk sekarang, tugas saya adalah berjuang untuk meraih itu semua. Yang saya tahu jalan yang akan saya tempuh tidaklah semulus dan selurus seperti yang dibayangkan. Banyak jurang, bukit, hutan, lereng, atau apalah itu yang nantinya akan jadi rintangan buat saya. Sehingga terkadang saya juga harus bisa menahan godaan supaya bisa tetap lurus di jalan yang saya tempuh, agar saya tidak terjebak ke dalam jurang, atau tersesat di tengah hutan. Meskipun terkadang terlihat berbeda dari orang kebanyakan, meskipun terkesan aneh, meskipun terlihat kuno atau konsevatif, tapi saya yakin itu adalah yang tepat. 

You know guys, weird is just side effect of being awesome!!

So, just be yourself. Life isn't about pleasing everybody

Buonanotte :)






0 comments:

Post a Comment