Dec 12, 2014 | By: Unknown

Perfect Life in a Dreamland

Ketika tahu secara pasti bahwa saya akan berangkat ke luar negeri untuk pertama kali, apalagi ke negara yang selalu saya impikan tanpa mengeluarkan biaya dari kocek sendiri, rasanya itu seperti ingin melompat dari atas menara tertinggi dan memantul-mantul di atas gundukan awan-awan putih! Kemudian meluncur dengan perosotan pelangi, menyebrangi lautan warna-warni, menari-nari di tengah padang mawar tanpa duri, dan segera berlari meminjam toa masjid untuk memberikan pengumuman ke seluruh penghuni bumi bahwa pada akhirnya saya bisa pergi ke negeri Kimchi!!!

Andai saya bisa melakukan hal gila itu demi menggambarkan rasa bahagia dan terharu saya ketika terpilih menjadi delegasi Universitas Diponegoro untuk mengikuti program pertukaran pelajar di Kangwon National University selama satu semester, yang bahkan dibiayai penuh dari urusan tiket pulang-pergi, biaya hidup, hingga asuransi. Namun, realitanya  saya hanya bisa mengembangkan senyum dua jari dan bersyukur tanpa henti ketika tahu bahwa mimpi saya sejak sepuluh tahun yang lalu untuk terbang ke Korea pada akhirnya bisa saya raih.


Bermula dari rasa jatuh cinta saya pada Korea yang pada akhirnya membawa saya melangkahkan kaki ke negeri Ginseng ini pada akhir Februari lalu. Masih tergambar jelas di memori otak ini, sepuluh tahun yang lalu, ketika saya harus mati-matian menyelesaikan tugas matematika dua kali lipat dari teman-teman saya agar bisa pulang les lebih cepat hanya demi tak ingin ketinggalan menyaksikan serial drama Full House di TV. Masih terekam juga dengan baik ketika saya dan adik saya harus perang mulut demi mendapatkan remote TV agar bisa menonton drama kolosal Hwang Ji Ni, rebutan CD player dengan ayah saya yang lebih suka mendengarkan campur sari daripada lagu-lagu Korea yang katanya tak bisa dinikmati, atau melihat ekspresi ibu saya yang selalu mengernyitkan dahi ketika mendapati saya sedang jingkrak-jingkrak menirukan dance ala girlband Korea saat disuruh membersihkan kamar mandi. 


Namun, tak hanya sebatas menggilai segala sesuatu yang berbau Korea saja, saya pun berusaha untuk bisa mewujudkan impian itu. Dimulai dengan mengumpulkan dana untuk backpack trip dengan kerja part-time sebagai guru les hingga jualan online, tapi sedihnya dana yang terkumpul masih belum mencukupi. Ikut berbagai macam undian berhadian trip ke Korea, sayangnya tak pernah hoki. Ikut lomba menulis cerita di blog, tak pernah lolos seleksi. Mencoba mendaftarkan diri untuk mengikuti konferensi, tapi kriteria belum memenuhi. Hingga akhirnya kegagalan mungkin sudah lelah menghampiri, dan saya pun bisa pergi ke Korea melalui jalur prestasi. Terima kasih Tuhan atas kesempatan ini.

27 Februari 2014 – 18 Juni 2014
Chuncheon, merupakan ibukota provinsi Gangwon-do yang terletak di bagian utara Korea Selatan. Sebuah kota yang sangat tenang yang dikelilingi oleh pegunungan dan pemandangan-pemandangan indah yang selalu memanjakan mata. Di sinilah saya menghabiskan waktu empat bulan yang luar biasa sebagai exchange student di Kangwon National University. Selama itu pula saya merasa tinggal di sini layaknya sedang hidup di negeri mimpi. Setiap hari yang saya jalani semuanya sangat berarti. Bahkan ketika hendak menuliskan cerita tentang unforgettable memories ini pun saya sempat bingung karena banyak sekali hal tak terlupakan yang saya alami. Mulai dari dunia kampus, asrama, tempat wisata, sosial budaya, kuliner, hiburan, hingga pengalaman kerja, semuanya membuat kehidupan saya terasa sempurna di sini. Oleh karena itu, saya akan menceritakan satu-persatu kisah hidup saya selama menjadi warga negara asing di negeri para boyband dan girlband ini.

KANGWON NATIONAL UNIVERSITY (KNU)
Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya karena pernah mengecap pendidikan di Kangwon National University, salah satu universitas negeri terbaik yang ada di Korea Selatan. Tak pernah terbayangkan oleh saya ketika bertemu para pengajar yang sangat berdedikasi tinggi dan selalu memberikan saya motivasi. Kegiatan perkuliahan terasa lebih menyenangkan karena para profesor tak hanya mengajar tapi juga mendidik dengan sepenuh hati. Kebiasaan yang saya temui di sini bahwa seringkali para dosen mengajak mahasiswa-mahasiswanya untuk sekedar tea time, makan siang, atau bahkan makan malam bersama. Beberapa kali pula saya menerima jamuan makan siang dan makan malam dari profesor saya. Tujuannya adalah untuk menjalin hubungan yang baik dan saling mendekatkan diri untuk memberikan motivasi. Sungguh, saya merasa sangat terharu dan sangat termotivasi ketika diperlakukan sedemikian rupa sebagai seorang mahasiswi. Selama ini, yang saya alami adalah hubungan antara dosen dan mahasiswa-mahasiswanya hanya terjalin selama kegiatan belajar-mengajar saja. Bagi saya, ini adalah salah satu budaya yang mungkin bisa dicontoh untuk melakukan pendekatan bagi para peserta didik untuk menumbuhkan motivasi yang tinggi untuk pencapaian karir di masa yang akan datang. Tak heran jika para mahasiswa di Korea Selatan memiliki minat belajar yang sangat tinggi, bahkan semangat mereka untuk menjadi sukses patut diacungi dua jempol. Terkadang saya sempat minder ketika melihat para mahasiswa di kelas saya benar-benar belajar dengan sepenuh hati yang jika dibandingkan dengan kemauan belajar saya mungkin hanya setengahnya saja. Namun, di sini saya belajar banyak dan merasa termotivasi. Dan dari sini saya menyimpulkan bahwa besar pengaruh dari pendekatan para dosen terhadap mahasiswanya untuk maju dan memiliki daya saing yang tinggi.

NANJIWON DORMITORY
Sebagai seorang exchange student saya ditempatkan di salah satu asrama yang ada di KNU, yaitu asrama putri Nanjiwon.  Di sini saya ditempatkan satu kamar dengan  tiga mahasiswi Korea lainnya dengan tujuan agar kami saling berinteraksi dan meningkatkan kemampuan berbahasa asing. Banyak kisah yang saya alami selama menjadi penghuni kamar 107 di asrama Nanjiwon. Bermula di hari pertama ketika tiba di Chuncheon pada pukul 3 dini hari dan saya menggigil hebat karena waktu itu masih musim dingin dan suhu di sana mencapai minus 4 derajat celcius. Tergopoh-gopoh saya menarik koper  dan segera masuk ke kamar 107 dan merebahkan diri di lantai karena kehangatan dari heater segera menjalar ke tubuh saya. Saya terkesiap ketika sadar bahwa sudah ada salah satu mahasiswi yang menempati kamar itu dan terjaga karena suara berisik yang saya buat. Dia tercengang dan begitu pula saya. Mungkin dia heran karena melihat saya mengenakan jilbab. Hampir saja dia berteriak tapi saya berusaha tersenyum dan menjelaskan kalau saya adalah penghuni baru yang berasal dari Indonesia, bukan berasal dari luar angkasa. Gadis yang bernama Cho Hyong Young itu kemudian tersenyum, yang sebenarnya lebih terlihat seperti meringis, dan kembali melanjutkan tidurnya.

Dari kejadian itu saya sempat berpikir bahwa mungkin kehadiran saya di sini akan mengundang banyak tanya karena penampilan saya yang sudah pasti tampak mencolok dengan balutan jilbab di kepala. Saya sempat berpikir teman-teman sekamar saya tidak akan menerima saya karena perbedaan ini, atau bahkan mungkin mereka akan menjauhi saya. Perasaan takut sempat menyergap diri saya dan mulai muncul perasaan ingin segera pulang ke Indonesia. Tapi semua itu hanya praduga saja. Kenyataannya justru saya merasa menjadi orang yang paling beruntung memiliki Cho Hyong Young, Choi Hye Yeon, dan U Su Bin sebagai teman sekamar saya. Meskipun terkadang komunikasi menjadi kendala karena mereka bertiga sulit berbicara dalam bahasa Inggris, dan bahasa Korea saya pun masih acak-acakan, tapi kami selalu berusaha berkomunikasi satu sama lain bahkan dengan menggunakan bahasa tubuh sekalipun. Herannya lagi, di tengah-tengah keterbatasan berbahasa, kami masih bisa bercanda, tertawa, bahkan bergosip ria hingga pagi buta.

Pada awalnya, saya memang memperoleh pertanyaan bertubi-tubi tak hanya dari teman sekamar saya tentang jilbab yang saya kenakan. Dari teman-teman kampus, para profesor, petugas asrama, hingga ibu-ibu yang bertugas membersihkan asrama pun selalu bertanya tentang jilbab yang saya kenakan. Apalagi ketika musim panas tiba dan mereka terkadang melihat saya dengan tatapan miris karena mengenakan pakaian yang serba panjang dan tertutup. Sementara mereka sebisa mungkin mengenakan pakaian yang minim karena musim panas di Korea memang benar-benar membuat gerah. Tapi saya hanya tersenyum dan menjawab seadanya setiap mereka melontarkan berbagai pertanyaan yang terkadang membuat saya harus memutar otak untuk menjawabnya seperti,
 “Kenapa kamu pake jilbab? Itu fashion ala Indonesia?”
 “Kamu nggak panas pake begituan?”
“Berapa banyak jilbab yang kamu punya? Warna apa aja?”
“Kenapa kamu sholat?”
“Kenapa harus sholat lima kali dalam sehari?” 
atau beberapa pertanyaan yang membuat saya tertawa seperti
“Kamu boleh disentuh laki-laki nggak?”
Kalau ada pria yang melihat rambut kamu apa dia wajib menikahimu?” 
dan bahkan pertanyaan yang lebih ekstrim seperti 
“Kamu botak ya, makanya pake jilbab?”

Bagi saya ini adalah tantangan sendiri hidup di negara minoritas muslim seperti di Korea Selatan dan ini adalah pengalaman yang luar biasa karena saya harus menyiapkan berbagai macam kemungkinan jawaban yang harus saya berikan karena setiap orang yang menjumpai saya pasti akan melontarkan berbagai pertanyaan tentang jilbab yang saya kenakan.

Selain dikenal karena mengenakan jilbab, di lingkungan asrama pun saya mendapat gelar Master Bug dari teman-teman sekamar saya. Ketika pertengahan musim semi, para serangga mulai bermunculan ke permukaan. Entahlah, saya juga heran kenapa para perempuan Korea sangat membenci serangga. Dan di sinilah saya memainkan peran penting  sebagai pembasmi serangga karena tak ada yang mau berurusan dengan serangga kecuali saya. Bahkan ketenaran saya sebagai pembasmi serangga sudah menyebar hingga ke asrama lainnya. Sungguh tak pernah terduga oleh saya, jauh-jauh terbang ke Korea Selatan pada akhirnya bernasib sebagai pembasmi serangga di asrama. (T_T)

WIFI DAN TRANSPORTASI
Bagi yang senang berkecimpung dengan dunia maya, Korea Selatan adalah surganya wifi. Bahkan dengan kecepatan yang dahsyat maka tak heran jika Korea Selatan dinobatkan sebagai negara dengan kecepatan internet tercepat di dunia. Oleh karena itu semenjak di sini saya mulai punya kebiasaan baru yaitu main game online, nonton film langsung di youtube tanpa buffer, dan tak pernah absen untuk eksis di berbagai akun jejaring sosial. Ketika hidup di sini saya pun mengandalkan wifi untuk berkomunikasi. Dengan alasan irit, saya memutuskan untuk tidak membeli sim card Korea dan memanfaatkan wifi untuk berkomunikasi dengan teman-teman saya. Jelas saja, wifi ada di mana-mana. Jadi bagi kalian yang memang ingin merasakan dahsyatnya kekuatan wifi yang ada di sini, wajib mengunjungi Korea Selatan.

Selain memperoleh kenyamanan karena memperoleh sinyal wifi yang selalu menyenangkan hati, hal lain yang saya senangi dari Korea Selatan adalah transportasinya. Jauh berbeda dengan Indonesia, di Korea Selatan kalian akan jarang sekali menemukan para pengemudi motor di jalanan. Yang mengendarai motor paling hanyalah para petugas delivery yang sering mengendarai motor dengan gaya Valentino Rossi lagi balapan motor di sirkuit. Selebihnya yang akan kalian jumpai adalah kendaraan-kendaraan umum seperti taxi, bus, dan subway. Subway adalah transportasi favorit saya selama tinggal di Korea Selatan. Hanya dengan membeli kartu T-Money di mini market dan mendownload aplikasi “Subway” di play store, saya sudah bisa berlanglang buana mengelilingi berbagai tempat seputaran Seoul tanpa takut tersesat. T-Money adalah kartu yang digunakan untuk melakukan pembayaran ketika berkendara menggunakan subway, bus, dan beberapa taxi yang menyediakan layanan pembayaran dengan T-Money. Ketika deposit di dalam T-Money ini sudah habis, kita bisa melakukan refill di Vending Machine yang disediakan di setiap stasiun-stasiun atau bisa juga melakukan refill di mini market seperti 711. Sementara aplikasi Subway ini adalah aplikasi khusus yang memudahkan kita untuk melihat jadwal keberangkatan subway dan perkiraan biaya serta lamanya perjalanan.

Selain subway, ada juga KTX dan ITX. Kedua jenis kereta ini tidak bisa menggunakan T-Money untuk pembayaran. KTX ini transportasi yang bisa digunakan jika kita ingin ke kota-kota yang jauh. Sementara ITX hanya beroperasi untuk jurusan Chuncheon – Seoul dan sebaliknya.


TEMPAT WISATA
Korea Selatan memiliki banyak sekali spot-spot menarik yang wajib dukunjungi. Bahkan, dalam waktu empat bulan sekalipun tidaklah cukup bagi saya untuk menjelajahi semua tempat-tempat itu karena keterbatasan waktu, biaya, dan juga kegiatan akademis lainnya. Oleh karena itu, saya menyusun list tempat-tempat yang harus saya kunjungi setiap akhir pekan. Dan setiap minggunya saya selalu bereksplorasi ke berbagai tempat untuk mengunjungi berbagai tempat menarik, dan tentunya dengan bermodalkan T-Money dan aplikasi Subway di HP.

Cheonggyecheon Stream, Great Se Jong, Gyeongbokgung Palace
Untuk menuju lokasi ini kita bisa memilih beberapa stasiun untuk berhenti. Ini adalah pusatnya kota Seoul. Saya memilih untuk turun di stasiun Jonggak exit dan berjalan sekitar meter menuju  Cheonggechon stream. Menurut saya tempat ini akan tampak lebih bagus di malam hari, karena dihiasi dengan lampu-lampu serta art light grafity. Tak hanya itu, kadangkala pemusik jalanan pun sering menampilkan performance di sini yang semakin melengkapi nuansa romantis di Cheonggyecheon stream.

Tak berapa lama berjalan kita akan menemukan patung Great Se Jong di tengah-tengah kota yang mewah. Dan tak jauh dari itu kita bisa terus melanjutkan perjalanan menuju Gyeongbokgung Palace. Di depan istana ini selalu ada atraksi para pengawal istana layaknya seperti dalam serial drama kerajaan di TV. Menurut saya Gyeongbokgung Palace ini adalah istana yang paling bagus di antara istana-istana lainnya yang ada di Korea, karena selain dari arsitektur bangungan yang lebih luas, istana ini juga tampak sangat istimewa karena berdiri di tengah-tengah pusat kota di mana akan tampak kontras sekali dengan bangungan-bangunan tinggi yang mengelilinginya. Selain itu di sini juga kita bisa mengenakan pakaian istana loh.

Bukcheon Hanok Village dan Namsan Tower
Bukcheon ini merupakan desa khas penduduk Korea. Tapi jangan salah, rumah-rumah tersebut ada yang menempatinya loh, jadi jangan asal masuk. Hihi. Selain perumahan, di sana juga kita bisa mengikuti kelas melukis, membeli peralatan khas korea yang antik, berfoto mengenakan hanbok, dan jangan lupa untuk tidak melewatkan membeli es krim di sana karena rasanya enak dan smooth banget. Nah, ketika menelusuri Bukcheon ini juga saya sempat terperangah karena menemukan salah satu bangunan bergaya Eropa di sana. Agak heran karena ada bangunan seperti itu di tengah-tengah desa tradisional seperti ini. Dan ternyata itu adalah Chung Ang Senior High School saudara-saudara! Agak speechless sih…saya merasa seolah-olah sedang berada di Eropa ketika berada di lingkungan SMA ini. Daebak!

Selesai mengunjungi Bukcheon Hanok Village, saya kembali menuju stasiun dan turun di stasiun Chungmuro yang hanya berjarak menit untuk selanjutnya menuju Namsan Tower. Keluar di exit 2 saya menunggu bus berwarna hijau yang khusus mengangkut penumpang yang ingin mengunjungi Namsan Tower. Sepanjang perjalanan yang menanjak menuju Namsan, kita akan disuguhkan pemandangan yang bagus, melihat penampakan kota Seoul dari atas seolah-olah sedang merasa. Jangan lupa pula untuk meletakkan gembok cinta kalian di sana!

Namdaemun, Myeongdong, dan Dongdaemun
Ketiga tempat ini merupakan pusatnya tempat perbelanjaan di Seoul. Bagi para wanita, hati-hati dalam seketika dompet kalian akan menipis dengan drastis ketika mengunjungi tempat ini karena semuanya pasti ingin dibeli. Hehe. Saya mulai dari Namdaemun dulu, turun di Hoehyeon exit 5. Di sini tempatnya untuk berbelanja oleh-oleh dengan harga miring. Karena saya tipikal yang senang berhemat, hehe. Setelah survey sana-sini saya menemukan tempat yang pas dan murah untuk berbelanja oleh-oleh. Di Namdaemun, cari saja D Building, di lantai 2 bangunan ini banyak sekali toko-toko yang menawarkan akssesoris-aksesoris murah. Selain itu di sini juga ada salah satu toko yang pegawainya bisa berbahasa Indonesia dengan fasih.

Setelah puas berbelanja oleh-oleh di Namdaemun, hanya dengan berjalan kaki beberapa menit saja kita sudah memasuki kawasan Myeongdong. Tempat ini lebih spesifik menyuguhkan perlengkapan fashion dan kecantikan wanita. Mulai dari tas, sepatu, pakaian, toko kosmetik, dan sebagainya tersedia di sini. Dan tentunya… selamat berpusing ria untuk memilih mana saja yang harus dibeli. Hehe.

Nah, untuk menuju Dongdaemun kita harus menggunakan subway dan turun di Dongdaemun Station exit 2. Di sini ada sebuah mall yang namanya DOOTA. Kita juga bisa berbelanja murah di sini. Biasasnya, di depan tempat ini sering digelar ajang Dance Competition. Selain berbelanja, di Dongdaemun juga ada sebuah bangunan dengan arsitektur unik yang dikenal dengan Dongdaemun Design Plaza yang wajib dikunjungi.

Itaewon
Bagi saya yang muslim wajib mengunjungi tempat ini karena di sini terdapat Central Masjid. Atau satu-satunya masjid yang ada di Korea Selatan. Turun di Itaewon Station, exit 2. Selain ada central masjid, di Itaewon juga terkenal dengan pusatnya para foreigners. Selain karena terdapat banyak club, di sini kita dapat menjumpai berbagai restaurant dari berbagai negara. Restoran Italia, Prancis, Amerika, Mesir, Indonesia, Cheko, Vietnam, China, Thailand, hingga restoran yang menyajikan masakan Afrika pun ada di sini. Jadi bagi kalian yang suka berwisata kuliner dan penasaran dengan masakan mancanegara, saya rekomendasikan untuk mengunjungi Itaewon

Seoul Forest, Apgujeong Rodeo, dan Gangnam
Penasaran dengan bagaimana rupa hutan di Seoul, saya memutuskan untuk mengunjungi Seoul Forest. Jangan khawatir, tak perlu membeli tiket untuk masuk Seoul Forest. Ternyata hutan yang dimaksud bukan seperti apa yang saya bayangkan seperti hutan-hutan yang ada di Indonesia. Seoul Forest lebih berupa kebun yang dibagi-bagi menjadi beberapa bagian. Salah satu yang menarik adalah Butterfly garden karena di sini saya bisa melihat berbagai jenis kupu-kupu dengan spesies langka. Benar-benar indah sekali!

Setelah mengunjungi Seoul Forest, saya kembali ke Seoul Forest Station dan melanjutkan perjalanan ke Apgujeong Rodeo Station dan turun keluar di exit 2 . Tujuan saya ke sini apalagi kalau bukan ingin mengunjungi tempatnya para K-Pop Star dilahirkan. Meskipun sempat terseok-seok berjalan di tengah teriknya matahari, tapi tetap tidak menyurutkan keinginan saya untuk mengunjungi SM Building dan Cube Entertainment.  Selain sebagai pusatnya para KPop Star, di wilayah Apgujeong Rodeo ini juga dipenuhi dengan plastic surgery clinic di mana-mana. Jadi, bagi yang mungkin penasaran dengan plastic surgery atau yang punya rencana untuk melakukan plastic surgery, Apgujeong Rodeo adalah pusatnya.

Dari Apgujeong Rodeo kita bisa ambil Line dan turun di Gangnam Station exit 10 atau 11 untuk mengunjungi Gangnam. Sebenarnya menurut saya sama saja dengan bangunan-bangungan yang ada di Apgujeong Rodeo. Rata-rata tempat ini dikelilingi dengan bangungan-bangungan tinggi dan fashion masyarakat di sini pun terlihat lebih mewah.

Yeouido Park
Berhubung saya menetap di Korea ketika musim semi, taman ini wajib untuk dikunjungi karena menyuguhkan pemandangan cherry blossom yang sangat indah di sini. Untuk mengunjungi taman ini kita bisa turun di Yeouido Station exit 3. Awalnya untuk menyentuh bunga sakura hanya ada dalam mimpi saya saja, tapi ternyata ini tak hanya sekedar mimpi. Bahkan, saya merasakan sendiri bagaimana kelopak-kelopak sakura itu berguguran dan menyentuh lembut wajah saya ketika angin mulai berhembus pelan. Sungguh pemandangan yang luar biasa cantik yang pernah saya temui.

Jade Garden Natural Arboretum
Tempat ini rekomen banget untuk dikunjungi apalagi di musim semi. Untuk menuju tempat ini bisa turun di Gulbongsan Station dan di sana kita tinggal menunggu shuttle bus berwarna hijau dan itu free. Biaya masuk Jade garden sekitar KRW 8000 dan di sini juga merupakan lokasi syuting dramaThat Winter The Wind Blow, We Got Married – Taemin & Naeun, dan Running Man episode 40

Nami Island, Petite France, dan Garden of Morning Calm
Bagi para pecinta drama Winter Sonata, Nami Island pasti dijadikan tempat wajib yang harus dikunjungi ketika berada di Korea Selatan. Untuk menuju Nami Island, turun di Gapyeong Station. Di sini kita harus membeli tiket untuk naik bus yang akan mengantarkan kita ke beberapa destinasi sekaligus. Harga tiketnya KRW 5000 dan berlaku untuk sehari penuh perjalanan. Pemberhentian pertama adalah Nami Island, dan di sini kita harus menyewa fery seharga KRW 8000 untuk menyebrang ke Pulau Nami.
Selanjutnya, setelah selesai mengunjungi Nami Island kita tinggal duduk manis di halte bus dan dengan menunjukkan tiket seharga KRW 5000 tadi kita bisa melanjutkan perjalanan selanjutnya ke Petite France. Tiket masuk ke Petite France sejumlah KRW 8000. Bagi yang sempat punya khayalan untuk bertandang ke Prancis, sebaiknya bisa mengunjungi tempat ini dulu karena memang nuansanya seperti Prancis. Selain  itu di sini juga pernah dijadikan tempat syuting drama terkenalYou Who Come From The Star, Beethoven Virus, dan Running Man episode 40
Selesai dari Petite France, jika masih cukup waktu kita juga bisa melanjutkan perjalanan ke Morning Calm dengan menggunakan bus yang sama.

Bucheon Botanical Garden
Setelah puas berkeliling-keliling di Prancis versi mini di Petite France, kini saatnya kita terbang ke Netherland yang ada di Korea. Tinggal turun di Kkachiul Station dan jalan sejauh  200 meter dan kita akan menemukan Bucheon Botanical Garden di sana. Ketika musim semi, kalian bisa menyaksikan hamparan bunga tulip di sana. Sungguh, saya benar-benar merasa sedang ada di Belanda ketika mata saya memandang hamparan bunga tulip yang ada di sana

Daegwallyeong Sheep Farm
Selesai mengunjungi Belanda, kita pun bisa mengunjungi New Zealand yang ada di Korea. Hebat kan? Saya bisa merasa seperti mengunjungi beberapa negara padahal hanya berada di satu negara yang sama. Nah, ini adalah Daegwallyeong Sheep Farm. Untuk menuju ke sini kita menggunakan bus ke Heonggye dan kemudian naik taksi ke sheep farm. Tempat ini adalah peternakan domba dan sapi dengan hamparan padang rumput hijau yang luas dan bertahtakan langit biru yang cerah. Di tambah dengan kincir angin yang semakin melengkapi suasana seoalah-olah sedang berada di New Zealand!

Gangcheon Rail Park
Bosan naik subway dan ingin mencoba naik kereta dengan cara yang berbeda? Gangcheon Rail Park tempatnya! Di sini kita bisa mengendarai rail bike sambil menikmati pemandangan indah yang disuguhkan kota Chuncheon. Turun di Stasiun Gimyujong, kita bisa menyewa rail bike, bisa untuk 2 orang sampai 6 orang. Harga sekitar KRW 10.000 untuk satu orang. Bagi penonton setia Running Man, pasti tahu rail bike ini J

DMZ Tour dan Hwacheon
Kali ini saya melakukan perjalanan gratis dari KNU dan Hallym University ke DMZ yang ada di Hwacheon. DMZ ini adalah Demilitarized Zone, atau daerah perbatasan antara Korae Utara dan Korea Selatan yang tak boleh dilewati oleh siapapun. Sungguh pengalaman yang sangat berharga ketika saya bisa melihat dengan jelas salah seorang warga Korea Utara melalui teropong yang ada di museum. Dia mengenakan pakaian serba putih dan sedang berlari-lari di tengah ladang miliknya.
Setelah mengunjungi DMZ, kami bermalam di guess house yang ada di Hwacheon sambil belajar cara membuat rice cake. Hwacheon ini adalah tempat yang sangat tenang, sehingga cocok dijadikan tempat untuk beristirahat di sela-sela penatnya kesibukan sehari-hari.


KULINER
Tak perlu khawatir bagi kalian yang muslim untuk mencari makanan halal di Korea Selatan. Terkadang banyak yang mengkhawatirkan masalah makanan karena Korea Selatan adalah negara minoritas muslim yang varian menunya pun rata-rata mengandung daging babi. Sebagai pecinta kuliner, saya tentunya tak ingin melewatkan mencicipi makanan-makanan khas Korea tapi tentunya yang halal. Karena itu jauh-jauh hari saya sudah melakukan survey makanan terlebih dahulu. Bahkan saya menyimpan banyak menu makanan dari beberapa tempat makan yang saya temui untuk kemudian saya telusuri satu persatu jenis dan bahan dasarnya. Dan pada akhirnya, ini adalah beberapa list makanan yang biasa saya makan selama tinggal di Korea Selatan

Bibimbap
Ini adalah menu sehari-hari saya ketika tinggal di Korea Selatan. Bahkan termasuk list makanan favorit saya. Bibimbap ini berupa nasi yang dilengkapi dengan sayur mayur, telur goreng, rumput laut, dan kemudian dilengkapi saus bibimbap yang menggugah selera.

Bulgogi
Menu satu ini tentunya sudah sangat terkenal, bahkan di Indonesia pun kita bisa menyantap bulgogi di restoran-restoran Korea. Tapi, tentu saja bulgogi asli Korea memiliki cita rasa berbeda. Dengan berbahan dasar daging sapi yang diiris tipis-tipis, dilengkapi dengan rice cake dan sayur mayur membuat menu makanan satu ini terasa lezat dengan kuahnya yang cenderung manis.

Samgyetang
Samgyetang ini termasuk makanan mewah bagi saya karena harganya yang sering membuat dompet saya menipis seketika yaitu sekitar KRW10000 hingga KRW13000. Biasanya dengan budget segitu saya bahkan bisa untuk tiga kali makan dalam sehari. Samgyetang ini adalah ayam yang di dalamnya sudah dimasukkan bubur yang kemudian direbus dengan ginseng.

Dakgalbi
Ini merupakan makanan khas Chuncheon yang berbahan dasar ayam yang sudah dibumbui. Ada dua jenis dakgalbi yaitu yang bakar dan menggunakan fry pan. Tapi saya lebih merekomendasikan yang bakar karena cita rasanya lebih enak. Saya akui dakgalbi membuat saya ketagihan. Sayangnya, kasusnya sama seperti Samgyetang yang memiliki harga sedikit mahal, jadi saya tak bisa menikmati dakgalbi sesering mungkin.

Jjambong
Jjambong ini adalah mie yang dilengkapi seafood dengan kuah merah yang sangat pedas! Bagi para pecinta pedas, wajib mencoba makanan satu ini karena dijamin akan berhuh-hah-ria. Selain pedas, porsi jjambong ini juga ampun-ampunan. Mungkin jika dibandingkan, satu porsi jjambong di sini bisa mencukupi untuk 2-3 porsi untuk versi Indonesia nya.

Sundubu jigae, Kimchi Jigae, Chamchi Jigae
Jigae ini merupakan sejenis sup yang memiliki cita rasa yang sedikit pedas. Sundubu Jigae memiliki komposisi tofu jepang, serta beberapa seafood seperti kerang dan cumi yang ikut dicampurkan. Kimchi jigae adalah sup yang memiliki komposisi kimchi, sementara Chamchi Jigae adalah sup ikan tuna yang memiliki perpaduan rasa menarik asam dan pedas.

Ojingeo Deopbab, Chamchi Deopbab
Ojingeo deopbab ini adalah nasi dengan tumis gurita pedas yang ditaburkan di atasnya. Menurut saya rasanya kurang lebih sama seperti masakan gongso kalau di Indonesia. Sementara Chamchi deopbab juga sama, perbedaannya ini berbahan dasar ikan tuna.

Sogogi Bogembap, Seyu Bogembap
Bagi kalian para pecinta nasi goreng, di Korea Selatan pun kalian bisa menikmati menu ini. Salah satu yang saya gemari adalah sogogi bogembap (nasi goreng sapi) dan seyu bogembap (nasi goreng udang). Rasanya menurut saya kurang lebih sama seperti nasi goreng Jawa.

Tteoppokki, Twikim, dan Odeng
Nah, jenis makanan ini termasuk makanan ringan yang ada di Korea atau bisa dikategorikan sebagai makanan sampingan atau cemilan. Tteoppokki ini merupakan rice cake dengan saos pedas,twikim merupakan gorengan ala korea yang biasanya terdiri dari gurita, udang, sweet potato, telur, mie, dan lain-lain, sementara odeng adalah fish cake yang ditusuk layaknya sate disertai dengan kuah kaldu. Mudah sekali untuk menemukan tiga jenis makanan ini karena biasanya ketika menjelang malam akan banyak para pedagang yang menjajakkan makanan ini di pinggir jalan.

Bingsu
Bingsu ini merupakan es campur ala Korea yang merupakan menu dessert favorit saya selama tinggal di sini. Komposisi bingsu ini adalah es serut yang delengkapi dengan buah-buahan, wafer, atau biskuit, yang kemudian ditambahkan topping es krim di atasnya. Benar-benar menggugah selera apalagi ketika musim panas di Korea Selatan yang membuat gerah. Bahkan, tak hanya cocok dinikmati saat musim panas saja, musim dingin pun saya tetap dengan senang hati menikmati menu satu ini karena memang cita rasanya yang enak dan cocok untuk dinikmati di semua musim.

CONCERT AND PERFORMANCES
Bukan saya namanya jika tidak mencari segala sesuatu yang berbau “gratisan”. Dan bukan saya pula namanya jika tidak sering melakukan kegiatan “perkepo-an”. Bermula dari hobi saya yang suka kepo sana-sini dan kecintaan saya dengah hal-hal gratis yang dikaruniakan di muka bumi ini, jadilah pada akhirnya saya diterima sebagai salah satu peserta K-Supporters dari Korea Tourism Organization (KTO) hanya dengan bermodalkan hobi saya yang suka menulis – meskipun masih asal-asalan, dan tingkat kenarsisan saya yang sedikit melebihi ambang normal di beberapa akun jejaring sosial. Tugas saya di sini adalah menghadiri beberapa performances, melakukan survey, dan menuliskan review di blog untuk dibagikan kepada para pembaca dengan menggunakan bahasa Indonesia tentunya.
Betapa beruntungnya saya karena bisa memperoleh kesempatan untuk menikmati berbagaiperformances gratis di Korea yang jika dikalkulasikan dalam bentuk uang mungkin mencapai KRW 300.000 atau sekitar Rp 3.000.000,00. Tak hanya menyaksikan performances gratis, saya pun bisa makan gratis di tempat mewah karena dibiayai oleh KTO.  Berikut beberapa performances yang saya saksikan selama di Korea.

KABOOM Show!
KABOOM Show ini adalah gabungan dari beberapa show seperti pertunjukkan musik tradisional, break dance, magic show, dan light-art dance. Tak hanya KPOP ternyata,  ada aliran baru yang bernama K-Performances yang menampilkan show-show seperti ini di Korea. Ini pertama kalinya saya menyaksikan show seperti ini live! Bahkan hanya berjarak beberapa meter dari mata saya. Rasanya saya benar-benar ingin menangis terharu saat itu. Bagaimana tidak, setiap penampilan yang disuguhkan kepada penonton membuat saya tak mau mengedipkan mata karena nyaris sempurna. Saya benar-benar kagum dengan cara Korea Selatan mengemas dunia hiburan yang ada sehingga benar-benar berkesan.

NANTA Cooking Show
NANTA ini adalah salah satu show bergenre humor di Korea Selatan yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. NANTA ini bercerita tentang kisah para koki yang harus memasak sejumlah makanan dalam waktu yang sudah ditentukan. Yang membuat saya takjub adalah para pemain yang multitalenta. Tak hanya bisa membuat kita tertawa terbahak-bahak karena tingkah mereka yang kocak, tapi kita juga bisa dibuat menahan nafas ketika menyaksikan mereka beratraksi memainkan pisau di udara, saling melempar gunungan piring, dan bahkan melakukan martial art.

K-Live Hologram
Tak ada rotan akar pun jadi. Tak bisa nonton konser KPOP live, jangan khawatir, masih ada Konser KPOP Hologram dengan starring Big Bang, 2Ne1, dan PSY. K-Live ini baru saja dibentuk pada Januari lalu dan kerennya, meskipun ini merupakan konser hologram tetapi kita seolah-olah sedang menyaksikan konser sungguhan!! Sungguh, dahsyatnya teknologi memang luar biasa. Bahkan, saya tidak bisa membedakan mana penari hologram dan penari sungguhan ketika sedang menyaksikan konser hologram ini.

CN BLUE CONCERT 2014
Nah, untuk yang satu ini saya harus merogoh kantong pribadi. Saya harus mengeluarkan uang sebesar KRW 100.000 untuk membeli tiket konser CN BLUE di Seoul yang diadakan pada 19 April lalu. Saya benar-benar tak menyangka, ini adalah pertama kalinya saya nonton konser bahkan langsung dari Korea! Apalagi berada pada jarak yang hanya 2 meter saja dari Yong Hwa! Waah… hampir saja saya meleleh di antara para kerumunan penonton kalau saja mereka tidak saling berdesak-desakkan mendorong saya ke sana ke mari agar menyingkir dari Yong Hwa. Sedang semangat-semangatnya saya berdesak-desakkan dengan para fans dari Jepang, tiba-tiba teman saya menarik lengan saya dan bilang bahwa kita harus keluar dari stage karena ternyata teman saya tertangkap security sedang mengambil foto ketika konser berlangsung. Rasanya seperti baru saja melihat dementor, kebahagiaan saya langsung lenyap seketika ketika dibawa oleh petugassecurity keluar stadion. Untungnya, kita masih diberikan kesempatan lagi dan kali ini saya lebih memilih menikmati konser dengan berdiri tenang di dekat para ahjumma dari Jepang. (T_T)
Konser CN Blue ><


SOSIAL BUDAYA
Dari beberapa hal yang saya amati selama tinggal di Korea Selatan, saya menyimpulkan bahwa seperti inilah tipikal orang-orang Korea Selatan itu
Pejalan kaki
Ya! Tentu saja mereka gemar berjalan kaki. Karena di sini hanya sedikit saja yang punya kendaraan pribadi. Tak heran jika suasana di Korea sangat bersih karena minim polusi. Awal saya tinggal di sini, saya sempat malu pada diri sendiri. Selama di Indonesia, kemana-kemana saya pergi dengan mengendarai kendaraan pribadi. Sementara di sini, jauh-dekat semuanya jalan kaki. Bahkan, ketika saya sedang berjalan kaki tenaga saya bahkan tak cukup kuat dibandingkan dengan nenek-nenek Korea yang sudah jauh mendahului saya berjalan kaki. Sungguh, saya malu sekali. -_-

Makan dengan porsi double
Selama hidup di sini saya sudah terbiasa dengan porsi makan yang jika di rumah mungkin porsi seperti itu untuk satu keluarga, tapi jika di sini hanya untuk satu orang saja! Di  Korea memang porsi makan dua kali lipat dari biasanya, tak heran karena memang orang-orang Korea memang lebih banyak menghabiskan energi karena sering berjalan kaki. Alhasil, dengan gaya makan yang selalu double seperti ini, setelah pulang ke Indonesia berat saya meningkat secara drastis hingga 5 kg!

Minum-minum
Minum-minum memang merupakan kebudayaan di Korea. Soju, Maekju, merupakan minuman berakohol yang terkenal di Korea Selatan. Biasanya untuk melakukan perayaan apapun orang Korea akan lebih suka minum. Bahkan minuman seperti soju layaknya seperti minuman bersoda jika di Indonesia. Jadi, jangan heran jika di jalanan kita akan sering melihat beberapa orang yang dibopong, berjalang tertatih-tatih, atau berceracau tanpa jelas, karena sudah pasti mereka sedang dalam kondisi drunk. Ketika sedang makan malam bersama teman-teman saya, saya seringkali dijadikan tempat untuk menyumbangkan bergelas-gelas air putih mereka, karena tentunya mereka lebih memilih minum soju daripada air putih.

Suka menggosok gigi
Nah, ini juga yang sangat menarik dari orang-orang Korea. Awalnya, saya kira hal ini bukan kebiasaan yang istimewa karena siapapun pasti akan menyikat gigi setiap harinya. Tapi setelah saya perhatikan lebih seksama, frekuensi menggosok gigi orang Korea ini lebih sering dari biasanya. Bahkan tak kenal tempat, di mana pun sepertinya mereka selalu siap sedia dengan sikat gigi mereka. Bahkan waktu itu saya sempat terheran-heran ketika sedang melewati koridor kampus dan menjumpai teman saya sedang asyik menggosok gigi sambil membaca buku untuk persiapan ujian.

Make up, mirror everywhere
Bukan orang Korea namanya kalau tidak identik dengan kesempurnaan. Orang-orang Korea selalu membawa lip balm, BB cream, sisir, atau sekedar pelembap di tasnya. Di mana pun mereka berada. Bahkan, di subway sekalipun masih sempat-sempatnya mereka melakukan tutorial make up demi tampil sempurna. Sejak hidup di sini pun, saya mulai ikut-ikutan membeli beberapa kosmetik seperlunya dan selalu membawa pelembap bibir ke mana pun saya pergi. Tak hanya itu, orang-orang Korea sangat berteman dekat dengan cermin karena seperti yang sudah saya jelaskan, mereka selalu ingin tampil sempurna.

Noraebang (karaoke)
Orang-orang korea senang sekali karaoke. Bahkan di sepanjang jalan kita bisa menemukan banyak tempat-tempat karaoke dengan variasi harga dan kualitas yang berbeda-beda. Tempat-tempat karaoke ini biasanya buka dari pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi. Uniknya, cukup dengan memesan satu jam saja, kadang diberikan bonus hingga dua jam untuk karaoke. Saya dan teman-teman saya sering kali menyerah dan pulang duluan sebelum waktu service habis karena sudah tak sanggup lagi menyanyi.

Hormat, ramah, dan empati
Orang Korea memang terkenal ramah-ramah, di mana pun berjumpa selalu terdengar sapaan“Annyeong Haseyo” sambil mereka membungkukkan badan. Saya senang sekali dengan kebudayaan korea yang menjunjung tinggi rasa hormat. Selain itu, orang-orang Korea juga terkenal sangat empati dan halus perasaannya. Terlihat ketika beberapa bulan lalu saat terjadi tragedy Kapal Fery Sewol yang menewaskan beberapa pelajar di Korea Selatan, seluruh masyarakat ikut berduka. Bahkan, para artis pun membatalkan semua show demi berduka cita, terlebih lagi Perdana Menteri Korea Selatan pun sampai mengundurkan diri karena merasa sangat bersalah. Di mana-mana saya jumpai pita kuning yang bertuliskan kata-kata maaf atas tragedy itu. Bahkan, yang membuat saya benar-benar terenyuh adalah ketika profesor sejarah saya yang sampai meminta maaf berkali-kali kepada kami, para mahasiswa asing, atas kejadi tenggelamnya Fery Sewol itu.

WORK EXPERIENCE
Sebenarnya tak pernah terpikirkan oleh saya untuk kerja part-time di Korea. Karena selain saya juga sudah memperoleh beasiswa, kemampuan bahasa korea saya masih sangat minim sehingga akan sulit untuk bekerja di sini. Tapi ternyata, takdir saya berkata lain.
Pagi-pagi sekali tanpa sempat mandi, saya berangkat dari stasiun Namchuncheon menuju stasiun Ansan bersama teman saya. Hari itu niatnya saya hanya ingin menemani teman saya berangkat ke Ansan untuk bekerja sebagai penjual kartu handphone di rumah makan Indonesia. Selama teman saya bekerja, rencananya saya akan berkeliling seputar Ansan yang terkenal dengan restoran Indonesia nya. Sekalian berwisata kuliner menuntaskan hasrta saya yang sudah rindu akan nasi Padang dan ayam bakar.
Perjalanan dari Chuncheon ke Ansan memakan waktu kurang lebih 3 jam dengan menggunakan subway.  Dan alangkah terkejutnya saya ketika tiba di kota yang bernama Ansan ini. Sungguh, ini tak seperti kebanyakan kota di Korea, bahkan Ansan lebih mirip dengan Indonesia menurut saya. Orang-orang yang berlalu lalang di sana pun kebanyakan orang Indonesia yang didominasi orang Jawa. Bahkan, beberapa meter ketika saya turun dari stasiun dan menuju jalan raya, terdengar di telinga saya dentuman melodi yang tak sewajarnya saya dengarkan di Korea. Lagu yang tak asing lagi kalau di Indonesia. Yang diputar di pinggir jalan adalah lagu Kangen Band – Yolanda. Saya sempat tertawa dan bertanya-tanya apakah ini benar-benar di Korea? Masih belum sepenuhnya hilang rasa heran saya dengan tempat bernama Ansan ini, tak berapa lama kemudian saya ditawari bekerja di salah satu counter HP yang ada di bawah stasiun Ansan. Ternyata tak harus bisa berbahasa Korea, karena rata-rata pembeli di sana adalah orang Indonesia. Banyak sekali TKI yang saya temui di sana, bahkan banci sekalipun ternyata ada. Jadi, saya hanya melayani pembeli dengan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris saja atau sesekali berbahasa Jawa.

Lelah memang, tapi di sini saya belajar bahwa mencari uang memang bukan perkara mudah. Dan pada akhirnya, justru malah saya yang memperoleh pekerjaan tetap karena boss yang mempekerjakan saya meminta saya untuk datang kembali minggu depannya.
Awalnya orang tua saya marah-marah dan melarang saya bekerja lagi ketika saya ceritakan pengalaman saya bekerja di Ansan. Namun, setelah saya paparkan bahwa gaji yang saya terima dalam sehari adalah KRW 60.000 atau sekitar Rp 600.000, di detik berikutnya orang tua saya malah langsung menyetujui saya untuk bekerja dengan syarat tidak terlalu memaksakan fisik saya. Bahkan, adik saya pun ingin berencana sekolah di Korea karena tergiur dengan gaji yang saya terima setelah bekerja di Ansan - -


Untuk info yang lebih lengkap seputar pengalaman travelling ke Korea bisa mengunjungi website http://traveloguekorea.blog.iyaa.com. Nah, tulisan ini sebenarnya tulisan yang saya buat untuk mengikuti event yang diadakan Korea Tourism Organization Indonesia yang dimuat di website tersebut. Untuk gambar yang lebih lengkap bisa lihat disini :)


0 comments:

Post a Comment